Kamis, 06 Juni 2013 | By: Unknown

Koteka Aset Budaya Papua

     Indonesia merupakan bangsa yang kaya akan nilai nilai budayanya itu terbukti dengan banyaknya kepulauan yang terbentang dari sabang samap merauke, disetiap pulau didiami oleh beraneka suku bangsa dari mulai suku dayak, sunda dan banyak lagi lainnya, pada kesempatan kali ini saya akan sedikit mengulas mengenai salah satu kebudayaan yang terdapat di negara kita salah satunya kebudayaan yang terdapat di wilayah Indonesia yang terletak paling barat, yakni Papua atau yang dulunya kita kita kenal dengan sebutan Irian Barat.

     Di papua masih banyak kita jumpai suku suku asli yang mendiami daerah tersebut, kebanyakan dari mereka belum tersentuh oleh pengaruh budaya luar tidak seperti di pulau pulau lainnya seperti pulau Jawa, pulau Sumatera dan lain lainnya. Hal ini membuat keadaan akan budayanya masih belum terkontaminasi oleh kebudayaan dari luar pulau tersebut. Batapa indahnya bangsa kita jika kebudayaan akan dari tiap daerahnya masing masing masih utuh dengan seutuhnya tanpa harus tepengaruhi oleh kebudayaan dari negara asing. Kali ini saya akan sedikit mengulas mengenai koteka, mungkin sudah tak asing lagi bagi kita semua dengan kata kata itu. Koteka merupakan pakaian untuk menutupi kemaluan dari para pria di Papua. Secara harfiah kata ini bermakna pakaian, berasaladari bahasa Mee suku Dani yang hidup di lembah Baliem – Wamena – kabupaten Jaya wijaya menyebut pakaian tradisional laki-laki ini dengan nama holim atau horim. Selanjutnya setiap suku masyaraskat pribumi pegunungan tengah mempunyai nama sendiri


Gambar Koteka

         Orang Mee menyebutnya bobbe. Bobbe biasanya di tanam di kebun atau di halaman rumah. Proses pembuatannya, bobbe dipetik (biasanya yang sudah tua) kemudian dimasukkan kedalam pasir halus. Di atas pasir halus tersebut dibuat api yang besar. Setelah panas kulit bobbe akan lembek dan isinya akan mencair, lalu biji-biji beserta cairan akan keluar dari dalam ruas bobbe. Setelah itu, bobbe digantung (dikeringkan) di perapian hingga kering. Setelah kering dilengkapi dengan anyaman khusus dan siap pakai sebagai koteka.


Di tahun 1950, Misionaris yang datang ke Papua, telah mengkampanyekan penggunaan celana sebagai pengganti Koteka, namun usaha itu tidak sepenuhnya berhasil, karena Suku Dani dilembah baliem saat itu masih ada yang menggunakan Koteka, hingga memasuki tahun 1960 Pada masa Pemerintahan RI, kampanye penggunaan celana terus di suarakan, namun belum berdampak signifikan.

Memasuki Tahun 1971 melalui Gubernur Frans Kaisepo, kampanye anti koteka di gelar, pada masa ini di kenal sebagai "operasi koteka", dengan cara membagi-bagikan Pakaian kepada penduduk, namun operasi itu berdampak pada penyakit kulit yang menyerang warga, dikarenakan tidak adanya sabun untuk mencuci pakaian.


Di Tahun - tahun berikutnya pemakaian Koteka pada Masyarakat penggunungan Papua semakin berkurang, itu dikarenakan perkembangan hidup modern, dan telah banyaknya laki-laki penggunungan papua yang terpelajar, Penggunaan Koteka pada saat ini, masih dapat di Jumpai ketika berlangsungnya Upacara Adat, namun tidak menutup kemungkinan penggunaan Koteka akan semakin tersisihkan.


Berita
Mendaftarkan Koteka sebagai warisan Budaya tak benda ke Unesco, yang merupakan usulan dari Balai Penelitian Arkeolog  Jayapura, Papua, adalah tindakan yang tepat, untuk mengupayakan Budaya Papua yang juga harus memiliki Payung Hukum, dengan begitu peninggalan sejarah Budaya tidak musnah, namun bisa menjadi ingatan sejarah masa lampau yang akan menjadi bagian dari ilmu pendidikan yang mengulas tentang sejarah kehidupan sosial budaya masyarakat Papua pada jaman sebelum modern.

Kesimpulan
Setelah mengetahui Sejarah dan Fungsi Koteka dalam kehidupan masyarakat Papua, penulis tidak menemukan Filosofi yang terkandung dalam koteka itu sendiri, namun penilain-nya lebih kepada unsur seni dan keterampilan. Di jaman modern ini, Koteka yang semakin tersisih, akan fungsinya memang patut untuk tetap di lestarikan dengan cara - cara mengalih fungsikan Koteka tanpa meninggalkan nilai - nilai yang terkandung di dalamnya. Koteka bisa digunakan sebagai media melukis dan souvenir bagi wisatawan, selain itu, dengan melestarikannya sama juga menghargai seni dan keterampilan warga setempat.


Koteka merupakan aset budaya bangsa, sekalipun di era yang modern nanti Koteka telah memiliki fungsi lain, namun tetap menjadi bagian dari kebudayaan yang tak boleh dilupakan, dengan terus melestarikan kebudayaan, sama juga telah menjaga aset budaya yang memiliki nilai - nilai leluhur didalamnya dan tidak hilang di tengah perkembangan jaman.

0 komentar:

Posting Komentar