EYD ( Ejaan Yang
Disempurnakan )
Terkadang secara umum orang berpendapat bahwa ejaan
berhubungan dengan melisankan. Hal ini terkait dengan makna kata mengeja yaitu
menyebutkan huruf demi huruf pada kata atau nama itu. Ejaan adalah cara
menuliskan bahasa dengan menggunakan huruf atau tanda baca.
Pada 16 Agustus 1972, Presiden Soeharto meresmikan
pemakaian Ejaan Yang Disempuranakan (EYD). Hal ini merupakan keseluruhan
peraturan pada penulisan karya ilmiah dengan bahasa Indonesia. Secara fisik,
EYD membahas penulisan huruf, penulisan kata, dan pemakaian tanda baca.
Penggunaan Huruf Kapital
1.
Awal
kalimat.
Contoh :
Sekolah kami terletak di Jalan Dipatiukur No. 12.
2.
Huruf
pertama petikan langsung.
Contoh :
Adik bertanya, “Kapan kita pulang?”
“Besok pagi,” kata Ilman,”kita akan pulang.”
3.
Huruf
pertama ungkapan nama Tuhan (kata ganti Tuhan) dan kitab suci.
Contoh :
Kita bersyukur kepada Allah Yang Maha Pengasih.
Dengan membaca Weda, dia berserah diri
sebagai hamba-Nya.
4.
Nama
diri.
Contoh :
Pak Muhajir dan Pak Ampere sedang mencari Kak Candra.
Tifak dipakai jika nama orang sebagai nama jenis atau
satuan ukuran,
Contoh :
mesin diesel, 10 volt, atau 5 ampere.
5.
Sapaan
hubungan kekerabatan (Bapak, Ibu, Kakak, Adik, dan Saudara)
Contoh :
“Kapan Bapak berangkat?” tanya Anas kepada tamu.
Tidak dipakai sebagai huruf pertama yang mengacu pada
makna sebenarnya.
Contoh :
Kemarin saya melihat adiknya bermain bola.
6.
Huruf
pertama setiap unsur nama orang.
Contoh :
Amir Hamzah merupakan penyair terkenal di Indonesia.
7.
Unsur
geografis.
Contoh :
Desa Cidadap terdapat di Kota Banyuwangi.
8.
Unsur
peristiwa sejarah.
Contoh :
Proklamasi Kemerdekaan Indonesia terjadi pada 17 Agustus 1945.
9.
Gelar
kehormatan, keturunan, dan keagamaan yang diikuti nama orang.
Contoh :
Mahaputra Yamin, Sultan hasanudin, dan Haji Agus Salim merupakan putra-putra
terbaik yang harus diteladani pemuda Indonesia.
10. Nama jabatan/pangkat yang diikuti nama orang, atau
dipakai sebagai pengganti nama orang tertentu, nama instansi, atau nama tempat.
Contoh :
Jendral Jono pernah menghada kepada Presiden Megawati bersama Dekan Fakultas
Sastra Unpad dan Walikota Bandung.
11. Nama bangsa, suku bangsa, dan bahasa.
Contoh :
Saya berbangsa Indonesia, bersuku Jawa, dan menggunakan bahasa Indonesia.
Tidak dipakai sebagai huruf pertama bentuk dasar kata
turunan.
Contoh :
Sifatnya kejawa-jawaan.
12. Nama hari, bulan, tahun, hari raya, dan peristiwa
sejarah.
Contoh :
Besok adalah hari Senin, bulan September, tahun Masehi.
13.Huruf pertama setiap unsur nama negara, lembaga
pemerintahan dan ketatanegaraan, serta nama dokumen resmi.
Contoh :
Republik Indonesia; Dewan Perwakilan Rakyat; Keputusan Presiden Republik
Indonesia; Nomor 57, Tahun 1972.
Tidak
dipakai sebagai huruf pertama yang bukan nama resmi negara, lembaga pemerintah dan ketatanegaraan,
badan, serta nama dokumen resmi
Contoh :
Menurut undang-undang yang berlaku, beberapa badan hukum.
14. Setiap unsur bentuk ulang sempurna yang terdapat pada
nama badan, lembaga pemerintah dan ketatanegaraan, serta dokumen resmi.
Contoh :
Perserikatan Bangsa-Bangsa
Undang-Undang Dasar 1945
15. Nama buku, majalah, surat kabar, dan judul karangan,
kecuali kata di, ke, dari dan yang, untuk yang tidak terletak pada posisi awal.
Contoh :
Saya sangat tertarik dengan cerita Ave Maria ke Jalan lain ke Roma.
16. Unsur singkatan nama gelar, pangkat, dan serapan.
Contoh : Dr. doctor
M.A. master
or arts
Beberapa kebijakan baru yang ditetapkan di dalam EYD, antara
lain:
·
Huruf f, v, dan z yang merupakan unsur
serapan dari bahasa asing diresmikan pemakaiannya.
·
Huruf q dan x yang lazim digunakan dalam
bidang ilmu pengetahuan tetap digunakan, misalnya pada kata furqan,
dan xenon.
·
Awalan "di-" dan kata depan
"di" dibedakan penulisannya. Kata depan "di" pada contoh di
rumah, di sawah, penulisannya dipisahkan dengan spasi,
sementara "di-" padadibeli atau dimakan ditulis
serangkai dengan kata yang mengikutinya.
·
Kata ulang ditulis penuh dengan
mengulang unsur-unsurnya. Angka dua tidak digunakan sebagai penanda perulangan
Secara umum, hal-hal
yang diatur dalam EYD adalah:
1.
Penulisan huruf, termasuk huruf kapital
dan huruf miring.
2.
Penulisan kata.
3.
Penulisan tanda baca.
4.
Penulisan singkatan dan akronim.
5.
Penulisan angka dan lambang bilangan.
6.
Penulisan unsur serapan.
Penulisan tanda baca
A. Tanda Titik (.)
1.
|
Tanda titik dipakai pada akhir kalimat yang bukan
pertanyaan atau seruan.
|
Misalnya:
Ayahku
tinggal di Solo.
Biarlah
mereka duduk di sana.
Dia
menanyakan siapa yang akan datang.
|
|
Catatan:
Tanda
titik tidak digunakan pada akhir kalimat yang unsur akhirnya sudah bertanda
titik. (Lihat juga Bab III, Huruf I.)
|
|
Misalnya:
Buku itu
disusun oleh Drs. Sudjatmiko, M.A.
Dia
memerlukan meja, kursi, dsb.
Dia
mengatakan, "kaki saya sakit."
|
2.Tanda titik dipakai di belakang angka atau huruf dalam
suatu bagan, ikhtisar, atau daftar.
Misalnya:
a.
|
III.
|
Departemen Pendidikan Nasional
|
|||
A.
|
Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi
|
||||
B.
|
Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah
|
||||
1.
|
Direktorat Pendidikan Anak Usia Dini
|
||||
2.
|
...
|
||||
b.
|
1. Patokan Umum
|
||||
1.1 Isi Karangan
|
|||||
1.2 Ilustrasi
|
|||||
1.2.1 Gambar Tangan
|
|||||
1.2.2 Tabel
|
|||||
1.2.3 Grafik
|
|||||
2. Patokan Khusus
|
|||||
2.1 ...
|
|||||
2.2 ...
|
Catatan:
Tanda titik tidak dipakai di
belakang angka atau huruf dalam suatu bagan atau ikhtisar jika angka atau huruf
itu merupakan yang terakhir dalam deretan angka atau huruf.
3.
|
Tanda
titik dipakai untuk memisahkan angka jam, menit, dan detik yang menunjukkan
waktu.
|
||||
Misalnya:
pukul 1.35.20 (pukul 1 lewat 35 menit 20 detik atau
pukul 1, 35 menit, 20 detik)
|
|||||
Catatan:
Penulisan waktu dengan angka dapat mengikuti salah
satu cara berikut.
|
|
4.Tanda titik dipakai untuk memisahkan angka jam, menit, dan detik yang menunjukkan jangka waktu.
Misalnya:
1.35.20 jam (1 jam, 35 menit, 20
detik)
0.20.30 jam (20 menit, 30 detik)
0.0.30 jam (30 detik)
5.Tanda titik dipakai dalam daftar pustaka di antara nama penulis, judul tulisan yang tidak berakhir dengan tanda tanya atau tanda seru, dan tempat terbit.
Misalnya:
Alwi, Hasan, Soenjono Dardjowidjojo,
Hans Lapoliwa, dan Anton Siregar, Merari. 1920. Azab dan Sengsara.
Weltevreden: Balai Poestaka.
Catatan:
Urutan informasi mengenai daftar
pustaka tergantung pada lembaga yang bersangkutan.
6.Tanda titik dipakai untuk memisahkan bilangan ribuan atau kelipatannya yang menunjukkan jumlah.
Misalnya:
Desa itu berpenduduk 24.200 orang.
Siswa yang lulus masuk perguruan
tinggi negeri 12.000 orang.
Penduduk Jakarta lebih dari 11.000.000 orang.
Catatan:
(1)
|
Tanda titik tidak dipakai untuk memisahkan bilangan
ribuan atau kelipatannya yang tidak menunjukkan jumlah.
|
Misalnya:
Dia lahir
pada tahun 1956 di Bandung.
Lihat
halaman 2345 dan seterusnya.
Nomor
gironya 5645678.
|
(2) Tanda titik tidak dipakai pada akhir judul yang merupakan kepala karangan atau kepala ilustrasi, tabel, dan sebagainya.
Misalnya:
Acara Kunjungan Menteri Pendidikan
Nasional
Bentuk dan Kedaulatan (Bab I UUD
1945)
Salah Asuhan
|
|
4) Pemisahan bilangan ribuan atau kelipatannya dan desimal dilakukan sebagai berikut.
Rp200.250,75
|
$ 50,000.50
|
8.750 m
|
8,750 m
|
B.
Tanda Koma (,)
1.Tanda koma dipakai di antara unsur
unsur dalam suatu perincian atau pembilangan.
Misalnya:
Saya membeli kertas, pena, dan
tinta.
Surat biasa, surat kilat, ataupun
surat kilat khusus memerlukan prangko.
Satu, dua, ... tiga!
2.Tanda koma dipakai untuk
memisahkan kalimat setara yang satu dari kalimat setara berikutnya yang
didahului dengan kata seperti tetapi, melainkan, sedangkan,
dan kecuali.
Misalnya:
Saya akan membeli buku-buku
puisi, tetapi kau yang memilihnya.
Ini bukan buku saya, melainkan buku
ayah saya.
Dia senang membaca cerita
pendek, sedangkan adiknya suka membaca puisi
Semua mahasiswa harus hadir, kecuali yang
tinggal di luar kota.
3.Tanda koma dipakai untuk memisahkan anak kalimat dari induk kalimat jika anak kalimat itu mendahului induk kalimatnya.
Misalnya:
Kalau ada undangan, saya akan
datang.
Karena tidak congkak, dia mempunyai
banyak teman.
Agar memiliki wawasan yang luas,
kita harus banyak membaca buku.
Catatan:
Tanda koma tidak dipakai
untuk memisahkan anak kalimat dari induk kalimat jika anak kalimat itu mengiringi
induk kalimatnya.
Misalnya:
Saya akan datang kalau ada undangan.
Dia mempunyai banyak teman karena
tidak congkak.
Kita harus membaca banyak buku agar
memiliki wawasan yang luas.
4.
|
Tanda koma dipakai di belakang kata atau ungkapan
penghubung antarkalimat yang terdapat pada awal kalimat, seperti oleh
karena itu, jadi, dengan demikian, sehubungan
dengan itu, dan meskipun begitu.
|
Misalnya:
|
Anak itu
rajin dan pandai. Oleh karena itu, dia memperoleh beasiswa
belajar di luar negeri.
Anak itu
memang rajin membaca sejak kecil. Jadi, wajar kalau dia menjadi
bintang pelajar
Meskipun
begitu, dia tidak pernah berlaku sombong kepada siapapun.
|
|
Catatan:
Ungkapan
penghubung antarkalimat, seperti oleh karena itu, jadi, dengan
demikian, sehubungan dengan itu, dan meskipun begitu,
tidak dipakai pada awal paragraf.
|
5.Tanda koma dipakai untuk memisahkan kata seru, seperti o, ya, wah, aduh, dan kasihan, atau kata-kata yang digunakan sebagai sapaan, seperti Bu, Dik, atau Mas dari kata lain yang terdapat di dalam kalimat
Misalnya:
O, begitu?
Wah, bukan
main!
Hati hati, ya, jalannya
licin.
Mas, kapan
pulang?
Mengapa kamu diam, Dik?
Kue ini enak, Bu.
6.Tanda koma dipakai untuk
memisahkan petikan langsung dari bagian lain dalam kalimat. (Lihat juga
pemakaian tanda petik, Bab III, Huruf J dan K.)
Misalnya:
Kata Ibu, "Saya gembira
sekali."
"Saya gembira sekali,"
kata Ibu, "karena lulus ujian."
7.Tanda koma tidak dipakai untuk memisahkan petikan langsung dari bagian lain yang mengiringinya dalam kalimat jika petikan langsung itu berakhir dengan tanda tanya atau tanda seru.
Misalnya:
"Di mana Saudara tinggal?"
tanya Pak Guru.
"Masuk ke kelas sekarang!"
perintahnya.
8.Tanda koma dipakai di antara (a)
nama dan alamat, (b) bagian bagian alamat, (c) tempat dan tanggal, serta (d)
nama tempat dan wilayah atau negeri yang ditulis berurutan.
Misalnya:
Sdr. Abdullah, Jalan Pisang Batu 1,
Bogor
Dekan Fakultas Kedokteran,
Universitas Indonesia, Jalan Salemba Raya 6, Jakarta
Surabaya, 10 Mei 1960
Tokyo, Jepang.
9.
|
Tanda koma dipakai untuk memisahkan bagian nama yang
dibalik susunannya dalam daftar pustaka.
|
Misalnya:
Gunawan,
Ilham. 1984. Kamus Politik Internasional. Jakarta: Restu Agung.
Halim,
Amran (Ed.) 1976. Politik Bahasa Nasional. Jilid 1. Jakarta:
Pusat Bahasa.
Junus, H. Mahmud.
1973. Kamus Arab-Indonesia. Jakarta: Yayasan Penyelenggara
Penerjemah/Penafsir Alquran
Sugono,
Dendy. 2009. Mahir Berbahasa Indonesia dengan Benar. Jakarta:
Gramedia Pustaka Utama
|
10.
|
Tanda koma dipakai di antara bagian bagian dalam
catatan kaki atau catatan akhir.
|
Misalnya:
Alisjahbana,
S. Takdir, Tata Bahasa Baru Bahasa Indonesia. Jilid 2 (Jakarta:
Pustaka Rakyat, 1950), hlm. 25.
Hilman,
Hadikusuma, Ensiklopedi Hukum Adat dan Adat Budaya Indonesia (Bandung:
Alumni, 1977), hlm. 12.
Poerwadarminta,
W.J.S. Bahasa Indonesia untuk Karang-mengarang (Jogjakarta:
UP Indonesia, 1967), hlm. 4.
|
11.Tanda koma dipakai di antara nama orang dan gelar akademik yang mengikutinya untuk membedakannya dari singkatan nama diri, keluarga, atau marga.
Misalnya:
B. Ratulangi, S.E.
Ny. Khadijah, M.A.
12.Tanda koma dipakai di muka angka desimal atau di antara rupiah dan sen yang dinyatakan dengan angka.
Misalnya:
12,5 m
27,3 kg
Rp500,50
13.Tanda koma dipakai untuk mengapit keterangan tambahan yang sifatnya tidak membatasi. (Lihat juga pemakaian tanda pisah, Bab III, Huruf F.)
Misalnya:
Guru saya, Pak Ahmad,
pandai sekali.
Di daerah kami, misalnya,
masih banyak orang laki-laki yang makan sirih.
14.Tanda koma dapat dipakai–untuk menghindari salah baca/salah pengertian–di belakang keterangan yang terdapat pada awal kalimat.
Misalnya:
Dalam pengembangan bahasa, kita
dapat memanfaatkan bahasa-bahasa di kawasan nusantara ini.
C. Tanda Titik Koma (;)
1.Tanda titik koma dipakai sebagai
pengganti kata penghubung untuk memisahkan kalimat yang setara di dalam kalimat
majemuk setara.
Misalnya:
Hari sudah malam; anak anak masih
membaca buku buku yang baru dibeli ayahnya.
Ayah mengurus tanaman di kebun; Ibu
menulis makalah di ruang kerjanya; Adik membaca di teras depan; saya sendiri
asyik memetik gitar menyanyikan puisi-puisi penyair kesayanganku.
2.Tanda titik koma digunakan untuk mengakhiri pernyataan perincian dalam kalimat yang berupa frasa atau kelompok kata. Dalam hubungan itu, sebelum perincian terakhir tidak perlu digunakan kata dan.
Misalnya:
Syarat syarat penerimaan pegawai
negeri sipil di lembaga ini:
(1)
|
berkewarganegaraan Indonesia;
|
(2)
|
berijazah sarjana S1 sekurang-kurangnya;
|
(3)
|
berbadan sehat;
|
(4)
|
bersedia ditempatkan di seluruh wilayah Negara
Kesatuan Republik Indonesia.
|
3.Tanda titik koma digunakan untuk
memisahkan dua kalimat setara atau lebih apabila unsur-unsur setiap bagian itu
dipisah oleh tanda baca dan kata hubung.
Misalnya:
Ibu membeli buku, pensil, dan tinta;
baju, celana, dan kaos; pisang, apel, dan jeruk.
D. Tanda Titik Dua (:)
1.Tanda titik dua dipakai pada akhir
suatu pernyataan lengkap yang diikuti rangkaian atau pemerian.
Misalnya:
Kita sekarang memerlukan perabot
rumah tangga: kursi, meja, dan lemari.
Hanya ada dua pilihan bagi para pejuang
kemerdekaan: hidup atau mati.
2.Tanda titik dua dipakai sesudah kata atau ungkapan yang memerlukan pemerian.
Misalnya:
a.
|
Ketua
|
:
|
Ahmad Wijaya
|
Sekretaris
|
:
|
Siti Aryani
|
|
Bendahara
|
:
|
Aulia Arimbi
|
b.
|
Tempat
|
:
|
Ruang Sidang Nusantara
|
Pembawa Acara
|
:
|
Bambang S.
|
|
Hari, tanggal
|
:
|
Selasa, 28 Oktober 2008
|
|
Waktu
|
:
|
09.00—10.30
|
3.Tanda titik dua dapat dipakai dalam naskah drama sesudah kata yang menunjukkan pelaku dalam percakapan.
Misalnya:
Ibu
|
:
|
"Bawa kopor ini, Nak!"
|
Amir
|
:
|
"Baik, Bu."
|
Ibu
|
:
|
"Jangan lupa. Letakkan baik baik!"
|
4.Tanda titik dua dipakai di antara (a) jilid atau nomor dan halaman, (b) bab dan ayat dalam kitab suci, (c) judul dan anak judul suatu karangan, serta (d) nama kota dan penerbit buku acuan dalam karangan.
Misalnya:
Horison, XLIII, No.
8/2008: 8
Surah Yasin: 9
Dari Pemburu
ke Terapeutik: Antologi Cerpen Nusantara
Pedoman Umum
Pembentukan Istilah Edisi Ketiga. Jakarta: Pusat Bahasa
E. Tanda Hubung (-)
1.Tanda hubung menyambung suku-suku
kata yang terpisah oleh pergantian baris.
Misalnya:
Di samping cara lama diterapkan
juga ca-
ra baru
....
Sebagaimana kata peribahasa, tak
ada ga-
ding yang
takretak.
2.Tanda hubung menyambung awalan dengan bagian kata yang mengikutinya atau akhiran dengan bagian kata yang mendahuluinya pada pergantian baris.
Misalnya:
Kini ada cara yang baru untuk meng-
ukur panas.
Kukuran baru ini memudahkan
kita me-
ngukur kelapa.
Senjata ini merupakan sarana pertahan-
an yang
canggih.
3.Tanda hubung digunakan untuk menyambung unsur-unsur kata ulang.
Misalnya:
anak-anak
berulang-ulang
kemerah-merahan
4.Tanda hubung digunakan untuk menyambung bagian-bagian tanggal dan huruf dalam kata yang dieja satu-satu.
Misalnya:
8-4-2008
p-a-n-i-t-i-a
5.
|
Tanda hubung boleh dipakai untuk memperjelas (a)
hubungan bagian-bagian kata atau ungkapan dan (b) penghilangan bagian frasa
atau kelompok kata.
|
Misalnya:
|
ber-evolusi
dua-puluh
ribuan (20 x 1.000)
tanggung-jawab-dan-kesetiakawanan
sosial (tanggung jawab sosial dan kesetiakawanan sosial)
Karyawan boleh
mengajak anak-istri ke acara pertemuan besok.
|
6.Tanda hubung dipakai untuk merangkai:
a.
|
se- dengan kata berikutnya yang
dimulai dengan huruf kapital,
|
b.
|
ke- dengan angka,
|
c.
|
angka dengan -an,
|
d.
|
kata atau imbuhan dengan singkatan berhuruf kapital,
|
e.
|
kata ganti yang berbentuk imbuhan, dan
|
f.
|
gabungan kata yang merupakan kesatuan.
|
Misalnya:
se-Indonesia
peringkat ke-2
tahun 1950-an
hari-H
sinar-X
mem-PHK-kan
ciptaan-Nya
atas rahmat-Mu
Bandara Sukarno-Hatta
alat pandang-dengar
7.Tanda hubung dipakai untuk merangkai unsur bahasa Indonesia dengan unsur bahasa asing
.Misalnya:
di-smash
di-mark-up
pen-tackle-an
F. Tanda Pisah (–)
1.Tanda pisah dipakai untuk
membatasi penyisipan kata atau kalimat yang memberi penjelasan di luar bangun
utama kalimat.
Misalnya:
Kemerdekaan itu—hak segala
bangsa—harus dipertahankan.
Keberhasilan itu–saya yakin–dapat
dicapai kalau kita mau berusaha keras.
2.Tanda pisah dipakai untuk menegaskan adanya keterangan aposisi atau keterangan yang lain sehingga kalimat menjadi lebih jelas.
Misalnya:
Rangkaian temuan ini–evolusi, teori
kenisbian, dan kini juga pembelahan atom–telah mengubah konsepsi kita tentang
alam semesta.
Gerakan Pengutamaan Bahasa
Indonesia–amanat Sumpah Pemuda–harus terus ditingkatkan.
3.
|
Tanda pisah dipakai di antara dua bilangan, tanggal,
atau tempat dengan arti 'sampai dengan' atau 'sampai ke'.
|
Misalnya:
Tahun
1928–2008
Tanggal
5–10 April 2008
Jakarta–Bandung
|
G. Tanda Tanya (?)
1.Tanda tanya dipakai pada akhir
kalimat tanya.
Misalnya:
Kapan dia berangkat?
Saudara tahu, bukan?
2.Tanda tanya dipakai di dalam tanda
kurung untuk menyatakan bagian kalimat yang disangsikan atau yang kurang dapat
dibuktikan kebenarannya.
Misalnya:
Dia dilahirkan pada tahun 1963 (?).
Uangnya sebanyak 10 juta rupiah (?)
hilang.
H. Tanda Seru (!)
Tanda seru dipakai untuk
mengakhiri ungkapan atau pernyataan yang berupa seruan atau perintah yang
menggambarkan kesungguhan, ketidakpercayaan, ataupun emosi yang kuat.
Misalnya:
Alangkah indahnya taman
laut ini!
Bersihkan kamar itu
sekarang juga!
Sampai hati benar dia
meninggalkan istrinya!
Merdeka!
I. Tanda Elipsis (...)
1.Tanda elipsis dipakai dalam
kalimat yang terputus-putus.
Misalnya:
Kalau begitu ..., marilah kita
laksanakan.
Jika Saudara setuju dengan harga itu
..., pembayarannya akan segera kami lakukan.
2.Tanda elipsis dipakai untuk
menunjukkan bahwa dalam suatu kalimat atau naskah ada bagian yang dihilangkan.
Misalnya:
Sebab-sebab kemerosotan ... akan
diteliti lebih lanjut.
Pengetahuan dan pengalaman kita ...
masih sangat terbatas.
Catatan:
|
|
J. Tanda Petik (" ")
1.Tanda petik dipakai untuk mengapit
petikan langsung yang berasal dari pembicaraan, naskah, atau bahan tertulis
lain.
Misalnya:
Pasal 36 UUD 1945 menyatakan,
"Bahasa negara ialah bahasa Indonesia. "
Ibu berkata, "Paman berangkat
besok pagi. "
"Saya belum siap," kata
dia, "tunggu sebentar!"
2.Tanda petik dipakai untuk mengapit
judul puisi, karangan, atau bab buku yang dipakai dalam kalimat.
Misalnya:
Sajak "Pahlawanku"
terdapat pada halaman 5 buku itu.
Saya sedang membaca
"Peningkatan Mutu Daya Ungkap Bahasa Indonesia" dalam buku Bahasa
Indonesia Menuju Masyarakat Madani.
Bacalah "Penggunaan Tanda
Baca" dalam buku Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang
Disempurnakan.
"Makalah
"Pembentukan Insan Cerdas Kompetitif" menarik perhatian peserta
seminar.
3.Tanda petik dipakai untuk mengapit istilah ilmiah yang kurang dikenal atau kata yang mempunyai arti khusus.
Misalnya:
Pekerjaan itu dilaksanakan dengan
cara "coba dan ralat" saja.
Dia bercelana panjang yang di
kalangan remaja dikenal dengan nama "cutbrai".
Catatan:
(1)
|
Tanda petik penutup mengikuti tanda baca yang
mengakhiri petikan langsung.
|
Misalnya:
Kata dia,
"Saya juga minta satu."
Dia
bertanya, "Apakah saya boleh ikut?"
|
(2)Tanda baca penutup kalimat atau bagian kalimat ditempatkan di belakang tanda petik yang mengapit kata atau ungkapan yang dipakai dengan arti khusus pada ujung kalimat atau bagian kalimat.
Misalnya:
Bang Komar sering disebut "pahlawan";
ia sendiri tidak tahu sebabnya.
Karena warna kulitnya, dia mendapat
julukan "Si Hitam".
(3)Tanda
petik pembuka dan tanda petik penutup pada pasangan tanda petik itu ditulis
sama tinggi di sebelah atas baris.
K.
Tanda Petik Tunggal (' ')
1.Tanda petik tunggal dipakai untuk
mengapit petikan yang terdapat di dalam petikan lain.
Misalnya:
Tanya dia, "Kaudengar bunyi
'kring kring' tadi?"
"Waktu kubuka pintu depan,
kudengar teriak anakku, 'Ibu, Bapak pulang', dan rasa letihku lenyap
seketika," ujar Pak Hamdan.
2.Tanda petik tunggal dipakai untuk
mengapit makna kata atau ungkapan.
3.Tanda petik
tunggal dipakai untuk mengapit makna, kata atau ungkapan bahasa daerah atau
bahasa asing (Lihat pemakaian tanda kurung, Bab III, Huruf M)
L.
Tanda Kurung (( ))
1.Tanda kurung dipakai untuk
mengapit tambahan keterangan atau penjelasan.
Misalnya:
Anak itu tidak memiliki KTP (kartu
tanda penduduk).
Dia tidak membawa SIM (surat izin
mengemudi).
Catatan:
Dalam penulisan didahulukan bentuk
lengkap setelah itu bentuk singkatnya.
Misalnya:
Saya sedang mengurus perpanjangan
kartu tanda penduduk (KTP). KTP itu merupakan tanda pengenal dalam berbagai
keperluan.
2.Tanda kurung dipakai untuk
mengapit keterangan atau penjelasan yang bukan bagian utama kalimat.
Misalnya:
Sajak Tranggono yang berjudul
"Ubud" (nama tempat yang terkenal di Bali) ditulis pada tahun 1962.
Keterangan itu (lihat Tabel 10)
menunjukkan arus perkembangan baru pasar dalam negeri.
3.Tanda kurung dipakai untuk mengapit huruf atau kata yang kehadirannya di dalam teks dapat dihilangkan.
Misalnya:
Kata cocaine diserap
ke dalam bahasa Indonesia menjadi kokain(a).
Pejalan kaki itu berasal dari (Kota)
Surabaya.
4.Tanda kurung dipakai untuk
mengapit angka atau huruf yang memerinci urutan keterangan.
Misalnya:
Faktor produksi menyangkut masalah
(a) bahan baku, (b) biaya produksi, dan (c) tenaga kerja.
M.
Tanda Kurung Siku ([ ])
1.Tanda kurung siku dipakai untuk mengapit huruf, kata, atau kelompok kata sebagai koreksi atau tambahan pada kalimat atau bagian kalimat yang ditulis orang lain. Tanda itu menyatakan bahwa kesalahan atau kekurangan itu memang terdapat di dalam naskah asli.
Misalnya:
Sang Sapurba men[d]engar bunyi
gemerisik.
Ia memberikan uang [kepada] anaknya.
Ulang tahun [hari kemerdekaan]
Republik Indonesia jatuh pada hari Selasa.
2.Tanda kurung siku dipakai untuk
mengapit keterangan dalam kalimat penjelas yang sudah bertanda kurung.
Misalnya:
Persamaan kedua proses ini
(perbedaannya dibicarakan di dalam Bab II [lihat halaman 35–38]) perlu
dibentangkan di sini.
N.
Tanda Garis Miring (/)
1.
|
Tanda garis miring dipakai di dalam
nomor surat, nomor pada alamat, dan penandaan masa satu tahun yang terbagi
dalam dua tahun takwim atau tahun ajaran.
|
Misalnya:
No. 7/PK/2008
Jalan Kramat III/10
tahun ajaran 2008/2009
|
2.Tanda garis miring dipakai sebagai pengganti kata atau, tiap, dan ataupun.
Misalnya:
dikirimkan lewat darat/laut
|
'dikirimkan lewat darat atau lewat laut'
|
harganya Rp1.500,00/lembar
|
'harganya Rp1.500,00 tiap lembar'
|
tindakan penipuan dan/atau penganiayaan
|
'tindakan penipuan dan penganiayaan, tindakan
penipuan, atau
tindakan
penganiayaan'
|
O. Tanda Penyingkat atau Apostrof (')
Tanda penyingkat
menunjukkan penghilangan bagian kata atau bagian angka tahun.
Dia 'kan sudah
kusurati.
|
('kan = bukan)
|
Malam 'lah tiba.
|
('lah = telah)
|
1 Januari '08
|
('08 = 1988)
|
Sumber :
- Lilis Rohaeni dan Fikrurrahman M. Sukses SNMPTN 2011 : Bahasa Indonesia, PT Mizan Pustaka, 2011.
- http://id.wikipedia.org/wiki/Ejaan_Yang_Disempurnakan
- http://berbahasa-bersastra.blogspot.com/2012/06/pemakaian-tanda-baca-sesuai-eyd.html
0 komentar:
Posting Komentar