PENGERTIAN KALIAMAT
Kalimat adalah satuan bahasa berupa kata atau rangkaian kata yang
dapat berdiri sendiri dan menyatakan makna yang lengkap. Kalimat adalah satuan
bahasa terkecil yang mengungkapkan pikiran yang utuh, baik dengan cara lisan
maupun tulisan. Dalam wujud lisan, kalimat diucapkan dengan suara naik turun,
dan keras lembut, disela jeda, dan diakhiri dengan intonasi akhir. Sedangkan
dalam wujud tulisan berhuruf latin, kalimat dimulai dengan huruf kapital dan
diakhiri dengan tanda titik (.) untuk menyatakan kalimat berita atau yang
bersifat informatif, tanda tanya (?) untuk menyatakan pertanyaan dan tanda seru
(!) untuk menyatakan kalimat perintah. Sekurang-kurangnya kalimat dalam ragam
resmi, baik lisan maupun tertulis, harus memiliki sebuah subjek (S) dan sebuah
predikat (P). Kalau tidak memiliki kedua unsur tersebut, pernyataan itu
bukanlah kalimat melainkan hanya sebuah frasa. Itulah yang membedakan frasa
dengan kalimat.
Berikut ini adalah penjelasannya :
1.
Unsur-unsur kalimat
1.1 Subjek
Kata
atau beberapa kata dapat berfungsi sebagai subjek apabila kata atau beberapa
kata tersebut menandai pertanyaan: apa yang dikatakan oleh pembicara (penulis
atau pembicara). Subjek memiliki beberapa ciri:
- Dalam kalimat runtut (bukan inversi), subjek berada sebelum (di sebelah kiri) predikat.
- Unsur pengisi fungsi subjek pada umumnya berkategori nomina, frasa nominal, atau klausa, namun pada beberapa kalimat lain, ada pula subjek yang berkategori lain.
Perhatikan contoh
berikut!
1.
Hasan mahasiswa
pandai.
2.
Anak itu belum makan.
3.
Yang tidak ikut upacara akan
ditindak.
4.
Berjalan kaki menyehatkan
badan.
Kata
atau beberapa kata yang dicetak miring pada kalimat di atas adalah subjek.
Subjek pada kalimat (1) adalah nomina, pada kalimat (2) berbentuk frasa
nominal, pada kalimat (3) klausa, dan pada kalimat (4) berkategori verba.
Jika
unsur subjek lebih panjang dari unsur predikatnya, subjek sering juga
diletakkan di akhir kalimat, seperti pada contoh berikut ini.
5.
Manusia yang mampu tinggal dalam
kesendirian tidak banyak.
6.
Tidak banyak manusia yang mampu
tinggal dalam kesendirian.
Subjek yang berupa orang kedua atau orang pertama jamak pada kalimat imperatif (perintah) sering dihilangkan seperti pada kalimat berikut:
Subjek yang berupa orang kedua atau orang pertama jamak pada kalimat imperatif (perintah) sering dihilangkan seperti pada kalimat berikut:
7.
Tolong (kamu) bersihkan papan tulis ini.
8.
Mari (kita) makan.
Subjek
pada kalimat aktif transitif akan menjadi pelengkap bila kalimat itu dipasifkan
seperti tampak pada contoh berikut:
9.
Anak itu menghabiskan kue
saya. (subjek)
10.
Kue saya dihabiskan (oleh) anak
itu. (Pel.)
1.2 Objek
Objek yaitu keterangan predikat yang memiliki hubungan erat dengan
predikat. Unsur kalimat ini bersifat wajib dalam susunan kalimat aktif
transitif yaitu kalimat yang sedikitnya mempunyai tiga unsur utama, subjek,
predikat, dan objek. Predikat yang berupa verba intransitif (kebanyakan
berawalan ber-atau ter-) tidak memerlukan objek,
sedangkan verba transitif yang memerlukan objek kebanyakan berawalan me-.
Ciri-ciri objek
sebagai berikut.
·
Langsung di Belakang Predikat Objek hanya memiliki tempat di belakang
predikat, tidak pernah mendahului predikat.
Contoh : Sinta memberikan Jojo komputer baru.
Contoh : Sinta memberikan Jojo komputer baru.
·
Dapat Menjadi Subjek Kalimat Pasif
Objek yang hanya terdapat dalam kalimat aktif dapat menjadi subjek dalam
kalimat pasif. Perubahan dari aktif ke pasif ditandai dengan perubahan unsur
objek dalam kalimat aktif menjadi subjek dalam kalimat pasif yang disertai
dengan perubahan bentuk verba predikatnya.
Contoh : Keju
itu dimakan tikus.
·
Tidak Didahului Preposisi
Objek yang selalu menempati posisi di belakang predikat tidak didahului
preposisi. Dengan kata lain, di antara predikat dan objek tidak dapat
disisipkan preposisi.
Contoh : Dia mengirimi saya bunga mawar.
·
Didahului Kata Bahwa
Anak kalimat pengganti nomina ditandai oleh kata bahwa dan
anak kalimat ini dapat menjadi unsur objek dalam kalimat transitif.
1.3
Pelengkap
Pelengkap merupakan unsur kalimat yang dapat bersifat wajib ada karena
melengkapi makna verba predikat kalimat.
Pelengkap dan objek
memiliki kesamaan. Kesamaan itu ialah kedua unsur kalimat ini :
Ø
Bersifat wajib ada karena melengkapi
makna verba predikat kalimat.
Ø
Menempati posisi di belakang predikat.
Ø
Tidak didahului preposisi.
Perbedaannya terletak pada kalimat pasif. Pelengkap tidak menjadi subjek
dalam kalimat pasif. Jika terdapat objek dan pelengkap dalam kalimat aktif,
objeklah yang menjadi subjek kalimat pasif, bukan pelengkap.
Berikut ciri-ciri
pelengkap.
·
Di Belakang Predikat
Ciri ini sama dengan objek. Perbedaannya, objek langsung di belakang
predikat, sedangkan pelengkap masih dapat disisipi unsur lain, yaitu objek.
Contohnya terdapat pada kalimat berikut.
Contohnya terdapat pada kalimat berikut.
ü
Diah mengirimi saya buku
baru.
ü
Mereka membelikan ayahnya sepeda
baru.
Unsur kalimat buku
baru, sepeda baru di atas berfungsi sebagai pelengkap
dan tidak mendahului predikat.
·
Tidak Didahului Preposisi.
Seperti objek, pelengkap tidak didahului preposisi.
Contoh : Sherina bermain piano.
1.4
Keterangan
Unsur kalimat yang didahului preposisi disebut
keterangan. Keterangan merupakan unsur kalimat yang memberikan informasi lebih lanjut
tentang suatu yang dinyatakan dalam kalimat; misalnya, memberi informasi
tentang tempat, waktu, cara, sebab, dan tujuan. Keterangan ini dapat berupa
kata, frasa, atau anak kalimat. Keterangan yang berupa frasa ditandai oleh
preposisi, seperti di, ke, dari, dalam, pada, kepada, terhadap,
tentang, oleh, dan untuk. Keterangan yang berupa anak kalimat ditandai dengan kata penghubung, seperti ketika, karena, meskipun, supaya, jika,
dan sehingga.
Berikut ini beberapa ciri unsur keterangan.
·
Bukan Unsur Utama.
Berbeda dari subjek, predikat, objek, dan pelengkap, keterangan merupakan
unsur tambahan yang kehadirannya dalam struktur dasar kebanyakan tidak bersifat
wajib.
·
Tidak Terikat Posisi.
Di dalam kalimat, keterangan merupakan unsur kalimat yang memiliki
kebebasan tempat. Keterangan dapat menempati posisi di awal atau akhir kalimat,
atau di antara subjek dan predikat.
Contoh :
a.
Malam ini, Suju akan kembali ke Korea.
b.
Mereka memperhatikan materi dengan
seksama.
·
Terdapat Beberapa Jenis Keterangan.
Keterangan dibedakan berdasarkan perannya di dalam kalimat.
ü Keterangan Waktu
Keterangan waktu dapat
berupa kata, frasa, atau anak kalimat. Keterangan yang berupa kata adalah
kata-kata yang menyatakan waktu, seperti kemarin, besok, sekarang,
kini, lusa, siang, dan malam. Keterangan waktu yang berupa frasa merupakan untaian kata yang menyatakan
waktu, seperti kemarin pagi, hari Senin, 7 Mei,
dan minggu depan. Keterangan waktu yang berupa anak kalimat
ditandai oleh konjungtor yang menyatakan waktu, sepertisetelah, sesudah,
sebelum, saat, sesaat, sewaktu, dan ketika.
ü Keterangan Tempat.
Keterangan tempat
berupa frasa yang menyatakan tempat yang ditandai oleh preposisi, seperti di,
pada, dan dalam.
ü Keterangan Cara.
Keterangan cara dapat
berupa frasa, atau anak kalimat yang menyatakan cara. Keterangan cara yang
berupa frasa ditandai oleh kata dengan atau secara yang
diikuti verba (kata kerja). Terakhir, keterangan cara yang berupa anak
kalimat ditandai oleh kata dengan dan dalam.
ü Keterangan Alat.
Keterangan cara berupa
frasa yang menyatakan cara ditandai oleh kata dengan yang
diikuti nomina (kata benda).
ü Keterangan Sebab.
Keterangan sebab
berupa frasa atau anak kalimat. Keterangan sebab yang berupa frasa ditandai
oleh kata karena atau sebab yang diikuti oleh
nomina atau frasa nomina. Keterangan sebab yang berupa anak kalimat ditandai
oleh konjungtor karena atau lantaran.
ü Keterangan Tujuan.
Keterangan ini berupa
frasa atau anak kalimat. Keterangan tujuan yang berupa frasa ditandai oleh kata untuk atau demi,
sedangkan keterangan tujuan yang berupa anak kalimat ditandai oleh konjungtor supaya,
agar, atau untuk.
ü Keterangan Aposisi.
Keterangan aposisi
memberi penjelasan nomina, misalnya, subjek atau objek. Jika ditulis,
keterangan ini diapit tanda koma, tanda pisah (--), atau tanda kurang.
Contoh : Dosen saya, Bu
Erwin, terpilih sebagai dosen teladan.
ü Keterangan Tambahan.
Keterangan tambahan memberi penjelasan
nomina (subjek ataupun objek), tetapi berbeda dari keterangan aposisi.
Keterangan aposisi dapat menggantikan unsur yang diterangkan, sedangkan
keterangan tambahan tidak dapat menggantikan unsur yang diterangkan.
Contoh : Marshanda, mahasiswa
tingkat lima, mendapat beasiswa.
Keterangan tambahan
(tercetak tebal) itu tidak dapat menggantikan unsur yang diterangkan yaitu kata Marshanda.
ü Keterangan Pewatas.
Keterangan pewatas
memberikan pembatas nomina, misalnya, subjek, predikat, objek, keterangan, atau
pelengkap. Jika keterangan tambahan dapat ditiadakan, keterangan pewatas tidak
dapat ditiadakan.
Contoh: Mahasiswa yang
mempunyai IP tiga lebih mendapat beasiswa.
Contoh diatas
menjelaskan bahwa bukan semua mahasiswa yang mendapat beasiswa, melainkan hanya mahasiswa
yang mempunyai IP tiga lebih.
2. Pola Kalimat
Sekalipun tata bahasa yang dipilih seorang
pengajar bisa saja berbeda dengan tata bahasa yang dipilih pengajar lain, tata
bahasa yang diajarkannya harus memenuhi kriteria ilmiah yaitu empiris. Empiris
itu berarti tata bahasa harus bisa dibuktikan secara ilmiah, oleh setiap
oraang, di setiap tempat dan pada setiap waktu.
Pengajaran fungsi kalimat merupakan pengetahuan
standar yang diajarkan dalam kelas-kelas bahasa bahkan mulai di sekolah dasar,
sekolah menengah, sampai perguruan tinggi. Berdasarkan pola dasarnya, Badudu
(1990: 32) mengungkapkan pola (1) S-P, (2) S-P-O, (3) S-P-Pel, (4) S-P-K, (5)
S-P-O-Pel, (6) S-P-O-Pel-K, (7) S-P-O-K, dan (8) S-P-Pel-K. Kedelapan pola
dasar itu, dapat diturunkan menjadi varian yang tak terbatas sebagaimana dari
26 huruf latin diturunkan menjadi kata tertulis bahasa Indonesia yang tak
terbatas.
Kalimat yang kita gunakan sesungguhnya dapat
dikembalikan ke dalam sejumlah kalimat dasar yang sangat terbatas. Dengan
perkataan lain, semua kalimat yang kita gunakan berasal dari beberapa pola
kalimat dasar saja. Sesuai dengan kebutuhan kita masing-masing, kalimat dasar
tersebut kita kembangkan, yang pengembangannya itu tentu saja harus didasarkan pada
kaidah yang berlaku.
Berdasarkan pola
dasarnya, Badudu (1990:32) mengungkapkan pola:
a)
S-P
Contoh : Aris tidur.
b)
S-P-O
Contoh : Alya makan nasi.
c)
S-P-Pel
Contoh : Cincinnya bertahtakan berlian.
d)
S-P-K
Contoh : Karis pergi ke Taman Safari.
e)
S-P-O-Pel
Contoh : Ihsan menamai kucingnya Ligo.
f)
K-S-P-O-Pel
Contoh : Setiap pagi Bu Diah membuatkan anak-anaknya
roti panggang.
g)
S-P-O-K
Contoh : Erisa minum susu putih setiap pagi.
h)
S-P-O-Pel-K
Contoh : Semua anggota keluarga sedih ketika kakek
meninggal.
- Akan saya sampaikan pesanmu.
1. JENIS-JENIS
KALIMAT
A. Berdasarkan Pengucapan
Kalimat
dapat dibedakan menjadi 2 jenis, yaitu:
1. Kalimat Langsung
Kalimat
langsung adalah kalimat yang secara cermat menirukan ucapan orang. Kalimat
langsung juga dapat diartikan kaliamt yang memberitakan bagaimana ucapan dari
orang lain (orang ketiga). Kalimat ini biasanya ditandai dengan tanda petik dua
(“….”) dan dapat berupa kalimat tanya atau kalimat perintah.
Contoh:
·
Ibu berkata: “Rohan, jangan meletakkan sepatu di
sembarang tempat!”
·
“Saya gembira sekali”,kata ayah,”karena kamu
lulus ujian”.
2. Kalimat Tak Langsung
Kalimat
tak langsung adalah kalimat yang menceritakan kembali ucapan atau
perkataan orang lain. Kalimat tak langsung tidak ditandai lagi dengan
tanda petik dua dan sudah dirubah menjadi kalimat berita.
Contoh:
·
Ibu berkata bahwa dia senang sekali karena aku
lulus ujian.
·
Kakak berkata bahwa buku itu harus segera
dikembalikan.
B. Berdasarkan Jumlah
Frasa (Struktur Gramatikal)
Kalimat
dapat dibedakan menjadi 2 jenis, yaitu:
1. Kalimat Tunggal
Kallimat
tunggal adalah kalimat yang memiliki satu pola (klausa) yang terdiri dari satu
subjek dan satu predikat. Kalimat tunggal merupakan kalimat dasar sederhana.
Kalimat-kalimat yang panjang dapat dikembalikan ke dalam kalimat-kalimat dasar
yang sederhana dan dapat juga ditelusuri p0la-pola pembentukannya. Pola-pola
kalimat dasar yang dimaksud adalah:
*
KB + KK (Kata Benda + Kata Kerja)
Contoh: Victoria bernyanyi
.
S P
*
KB + KS (Kata Benda + Kata Sifat)
Contoh: Ika sangat rajin
.
S P
*
KB + KBil (Kata Benda + Kata Bilangan)
Contoh: Masalahnya seribu satu.
.
S P
Kalimat
tunggal dapat dibedakan menjadi 2 jenis, yaitu:
1. Kalimat nominal adalah kalimat yang predikatnya berupa
kata benda.
Contoh :
Saya siswa kelas VI.
2. Kalimat verbal adalah kalimat yang predikatnya berupa
kata kerja.
Contoh :
Adik bernyanyi.
Setiap
kalimat tunggal di atas dapat diperluas dengan menambahkan kata-kata pada
unsur-unsurnya. Dengan penambahan unsur-unsur itu, unsur utama dari kalimat
masih dapat dikenali. Suatu kalimat tunggal dapat diperluas menjadi dua puluh
atau lebih. Perluasan kalimat tesebut terdiri atas:
- Keterangan tempat, seperti di sini, dalam ruangan tertutup, lewat Bali, sekeliling kota.
- Keterangan waktu, seperti: setiap hari, pada pukul 21.00, tahun depan, kemarin sore, minggu kedua bulan ini.
- Keterangan alat (dengan + kata benda), seperti: dengan linggis, dengan undang-undang itu, dengan sendok, dengan wesel pos, dengan cek.
- Keterangan modalitas, seperti: harus, barangkali, seyogyanya. sesungguhnya, sepatutnya.
- Keternagan cara (dengan + kata sifat/kata kerja), seperti: dengan hati-hati, seenaknya saja, selekas mungkin.
- Keterangan aspek, seperti akan, sedang, sudah, dan telah.
- Keterangan tujuan, seperti: agar bahagia, untuk anaknya, supaya aman, bagi mereka.
- Keterangan sebab, seperti: karena rajin, sebab berkuasa, lantaran panik.
- Keterangan aposisi adalah keterangan yang sifatnya menggantikan, seperti: penerima Sepatu Emas, David Beckham.
- Frasa yang, seperti: mahasiswa yang IP-nya 3 ke atas, pemimpin yang memperhatikan rakyat.
Contoh
perluasan kalimat tunggal adalah:
1)
Victoria akan bernyanyi di Las Vegas.
2)
Masalahnya seribu satu yang belum terpecahkan.
3)
Ika sangat rajin menyelesaikan tugas-tugas yang
diberikan kepadanya.
2. Kalimat Majemuk
Kalimat
majemuk terdiri atas dua atau lebih kalimat tunggal yang saling berhubungan
baik kordinasi maupun subordinasi. Kalimat majemuk dapat dibedakan atas 3
jenis, yaitu:
2.1. Kalimat Majemuk Setara (KMS)
Kalimat
ini terbentuk dari 2 atau lebih kalimat tunggal dan kedudukan tiap kalimat
sederajat. Kalimat majemuk setara dapat dikelompokkan ke dalam beberapa bagian,
yaitu:
* KMS Penggabungan. Dua atau lebih
kalimat tunggal yang dihubungkan oleh kata dan atau serta.
Contoh:
- Kami mencari bahan dan mereka meramunya.
- Ratih dan Ratna bermain bulu tangkis di halaman rumah.
* KMS Pertentangan. Dua kalimat
tunggal yang dihubungkan oleh kata tetapi,sedangkan, namun, melainkan. Kedua
kalimat tersebut menunjukkan hubungan pertentangan.
Contoh:
- Indonesia adalah negara berkembang, sedangkan jepang termasuk negara yang sudah maju.
- Bukan saya memecahkan gelas itu, melainkan kakak.
* KMS Pemilihan. Dua atau lebih
kalimat tunggal yang dihubungkan oleh kata
atau.
Contoh:
- Makalah ini harus dikumpukan besok atau minggu depan.
- Aku atau dia yang akan kamu pilih.
* KMS Penguatan. Dua atau lebih
kalimat tunggal dihubungkan dengan katabahkan.
Contoh:
- Dia tidak hanya cantik, bahkan dia juga sangat baik hati.
- Pencuri itu tidak hanya dipukuli oleh masa, bahkan dia disiksa dengan sadis.
* KMS yang dibentuk dari dua atau
lebih kalimat tunggal yang dihubungkan oleh kata lalu dan kemudian, untuk menandakan suatu kejadian yang
berurutan.
Contoh:
- Mula-mula disebutkan nama-nama juara melukis tingkat SD, kemudian disebutkan nama-nama juara melukis tingkat SMP.
2.2 Kalimat Majemuk Bertingkat
(KMB)
Kalimat
majemuk setara terdiri atas satu suku kaliamat bebas dan satu suku kalimat yang
tidak bebas. Kedua kalimat tersebut memiliki pola hubungan yang tidak
sederajat. Bagian yang memiliki kedudukan lebih penting (inti gagasan) disebut
sebagai klausa utama (induk kalimat). Bagian yang lebih rendah kedudukakannya
disebut dengan klausa sematan (anak kalimat).
Ada
beberapa penanda hubungan / konjungsi yang dipergunakan oleh kalimat majemuk
bertingkat, yaitu:
1)
Waktu : ketika, sejak
2)
Sebab: karena, Olehkarenaitu, sebab, oleh sebab itu
3)
Akibat: hingga, sehingga, maka
4)
Syarat: jika, asalkan, apabila
5)
Perlawanan: meskipun, walaupun
6)
Pengandaian: andaikata, seandainya
7)
Tujuan: agar, supaya, untukbiar
8)
Perbandingan: seperti, laksana, ibarat, seolah‐olah
9)
Pembatasan: kecuali, selain
10) Alat: dengan+
katabenda: dengan tongkat
11) Kesertaan:
dengan+ orang
Contoh:
- Walaupun komputer itu dilengkapi dengan alat-alat modern, para hacker masih dapat mengacaukan data-data komputer itu.
Induk
kalimat: Para hacker masih dapat mengacaukan data-data komputer itu.
Anak
kalimat: Walaupun komputer itu dilengkapi dengan alat-alat modern.
2.3 Kalimat Majemuk Campuran
Kalimat
majemuk campuran terdiri atas kalimat majemuk setara dan kalimat majemuk
bertingkat atau kebalikannya.
Contoh:
- Karena hari sudah malam, kami berhenti dan langsung pulang.
KMS:
Kami berhenti dan langsung pulang.
KMC:
- Kami berhenti karena hari sudah malam.
- Kami langsung pulang karena hari sudah malam.
- Kami pulang, tetapi mereka masih bekerja karena tugasnya belum selesai.
KMS:
Kami pulang, tetapi mereka masih bekerja.
KMB:
Mereka masih bekerja karena tugasnya belum selesai.
C. Berdasarkan Isi atau
Fungsinya
Kalimat
dapat dibedakan menjadi 4 jenis, yaitu:
1. Kalimat Perintah
Kalimat
perintah adalah kalimat yang bertujuan memberikan perintah kepada orang lain
untuk melakukan sesuatu. Kalimat perintah biasanya diakhiri dengan tanda seru
(!) dalam penulisannya. Sedangkan dalam bentuk lisan, kalimat perintah ditandai
dengan intonasi tinggi.
Macam-macam
kalimat perintah :
- Kalimat perintah biasa, ditandai dengan partikel
lah.Contoh : Gantilah bajumu !
- Kalimat larangan, ditandai dengan penggunaan
kata jangan.Contoh Jangan membuang sampah sembarangan !
- Kalimat ajakan, ditandai dengan kata mohon,
tolong, silahkan.Contoh : Tolong temani nenekmu di rumah !
2. Kalimat Berita
Kalimat
berita adalah kalimat yang isinya memberitahukan sesuatu. Dalam penulisannya,
biasanya diakhiri dengan tanda titik (.) dan dalam pelafalannya dilakukan
dengan intonasi menurun. Kalimat ini mendorong orang untuk memberikan
tanggapan.
Macam-macam
kalimat berita :
·
Kalimat berita kepastian
Contoh : Nenek akan datang dari Bandung besok pagi.
·
Kalimat berita pengingkaran
Contoh : Saya tidak akan datang pada acara ulang tahunmu.
·
Kalimat berita kesangsian
Contoh : Bapak mungkin akan tiba besok pagi.
·
Kalmat berita bentuk lainnya
Contoh : Kami tidak taahu mengapa dia datang terlambat.
3. Kalimat Tanya
Kalimat
tanya adalah kalimat yang bertujuan untuk memperoleh suatu informasi atau
reaksi (jawaban) yang diharapkan. Kalimat ini diakhiri dengan tanda tanya(?)
dalam penulisannya dan dalam pelafalannya menggunakan intonasi menurun. Kata
tanya yang dipergunakan adalah bagaimana, dimana, berapa, kapan.
Contoh:
·
Mengapa gedung ini dibangun tidak sesuai dengan
disainnya?
·
Kapan Becks kembali ke Inggris?
4. Kalimat Seruan
Kalimat
seruan adalah kalimat yang digunakan untuk mengungkapakan perasaa ‘yang kuat’
atau yang mendadak. Kalimat seruan biasanya ditandai dengan intonsi yang tinggi
dalam pelafalannya dan menggunakan tanda seru (!) atau tanda titik (.) dalam
penulisannya.
Contoh:
·
Aduh, pekerjaan rumah saya tidak terbawa.
·
Bukan main, eloknya.
D. Berdasarkan Unsur Kalimat
Kalimat
dapat dibedakan ke dalam 2 jenis, yaitu:
1. Kalimat Lengkap
Kalimat
lengkap adalah kalimat yang sekurang-kurangnya terdiri dari satu buah
subyek dan satu buah predikat. Kalimat Majas termasuk ke dalam kalimat lengkap.
Contoh
:
- Mahasiswa berdiskusi di dalam kelas.
S
P
K
- Ibu mengenakan kaos hijau dan celana hitam.
S
P
O
2. Kalimat Tidak Lengkap
Kalimat
tidak lengkap adalah kalimat yang tidak sempurna karena hanya memiliki subyek
saja, atau predikat saja, atau objek saja atau keterangan saja. Kalimat tidak
lengkap biasanya berupa semboyan, salam, perintah, pertanyaan, ajakan, jawaban,
seruan, larangan, sapaan dan kekaguman.
Contoh:
·
Selamat sore
·
Silakan Masuk!
·
Kapan menikah?
·
Hei, Kawan…
E. Berdasarkan
Susunan S-P
Kalimat
dapat dibedakan menjadi 2 jenis, yaitu:
1. Kalimat Inversi
Kalimat
versi adalah kalimat yang predikatnya mendahului subjeknya. Kata atau frasa
tertentu yang pertama muncul akan menjadi kunci yang akan mempengaruhi makna
untuk menimbulkankesan tertentu, dibandingkan jika kata atau frasa ditempatkan
pada urutan kedua. Kalimat ini biasanya dipakau untuk penekanan atau ketegasan
makna.
Contoh:
- Ambilkan koran di atas kursi itu!
.
P
S
- Sepakat kami untuk berkumpul di taman kota.
S
P
K
2. Kalimat Versi
Kalimat
inversi adalah kalimat yang susunan dari unsur-unsur kalimatnya sesuai dengan
pola kalimat dasar bahasa Indonesia (S-P-O-K).
Contoh:
- Penelitian ini dilakukan mereka sejak 2 bulan yang lalu.
.
S
P
O
K
- Aku dan dia bertemu di cafe ini.
.
S P
K
F. Berdasarkan Bentuk
Gaya Penyajiannya (Retorikanya)
Kalimat
dapat dibedakan menjadi 3 jenis yaitu:
1. Kalimat Yang Melepas
Kalimat
yang melepas terbentuk jika kalimat tersebut disusun dengan diawali oleh unsur
utama (induk kalimat) dan diikuti oleh unsur tambahan (anak kalimat). Unsur
anak kalimat ini seakan-akan dilepaskan saja oleh penulisnya. Jika unsur anak
kalimat tidak diucapkan, kalimat itu sudah bermakna lengkap.
Contoh;
·
Saya akan dibelikan vespa oleh Ayah jika saya
lulus ujian sarjana.
·
Semua warga negara harus menaati segala perundang-undangan
yang berlaku agar kehidupan di negeri ini berjalan dengan tertib dan aman.
2. Kalimat yang Klimaks
Kalimat
klimaks terbentuk jika kalimat tersebut disusun dengan diawali oleh anak
kalimat dan diikuti oleh induk kalimat. Kalimat belum dapat dipahami jika hanya
membaca anak kalimatnya. Sebelum kalimat itu selesai, terasa masih ada sesuatu
yang ditunggu, yaitu induk kalimat. Oleh karen itu, penyajian kalimat ini
terasa berklimaks dan terasa membentuk ketegangan.
Contoh:
·
Karena sulit kendaraan, ia datang terlambat ke
kantornya.
·
Setelah 1.138 hari disekap dalam sebuah ruangan
akhirnya tiga sandera warga negara Prancis itu dibebaskan juga.3.
3. Kalimat Yang Berimbang
Kalimat
yang berimbang disusun dalam bentuk kalimat majemuk setara dan kalimat majemuk
campuran, Struktur kalimat ini memperlihatkan kesejajaran yang sejalan dan
dituangkan ke dalam bangun kalimat yang simetri.
Contoh:
- Bursa saham tampaknya semakin bergairah, investor asing dan domestik berlomba melakukan transaksi, dan IHSG naik tajam.
- Jika stabilitas nasional mantap, masyarakat dapat bekerja dengan tenang dan dapat beribadat dengan leluasa.
G. Berdasarkan Subjeknya
Kalimat
dapat dibedakan menjadi 2 jenis, yaitu:
1. Kaliamat Aktif
Kalimat
aktif adalah kalimat yang subjeknya melakukan suatu pekerjaan/tindakan.
Kalimat ini biasanya memiliki predikat berupa kata kerja yang berawalan me- dan
ber-. Predikat juga dapat berupa kata kerja aus (kata kerja yang tidak
dapat dilekati oleh awalan me–saja), misalnya pergi, tidur, mandi,
dll (kecuali makan dan minum).
Contoh:
·
Mereka akan berangkat besok pagi.
·
Kakak membantu ibu di dapur.
Kalimat
aktif dibedakan menjadi 2, yaitu:
1.1 Kalimat Aktif Transitif
Kalimat
aktif transitif adalah kalimat yang dapat diikuti oleh objek penderita (O1).
Predikat pada kalimat ini biasanya berawalam me- dan selalu dapatt dirubah
menjadi kalimat pasif.
Contoh: Eni mencuci piring.
S
P O1
1.2 Kalimat Aktif Intransitif
Kalimat
aktif intransitif adalah kalimat yang tidak dapat diikuti oleh objek
penderita (O1). Predikat pada kalimat ini biasanya berawaln ber-. Kalimat yang
berawalan me- tidak diikuti dengan O1. Kalimat ini tidak dapat dirubah menjadi
kalimat pasif.
Contoh:
- Mereka berangkat minggu depan.
S
P
K
- Amel menangis tersedu-sedu di kamar.
S
P
K
1.3 Kalimat Semi Transitif
Kalimat
ini tidak dapat dirubah menjadi kal pasif karena disertai oleh pelengkap bukan
objek.
Contoh:
- Dian kehilangan pensil.
.
S
P Pel.
- Soni selalu mengenderai sepeda motor ke kampus.
.
S P
Pel
K
2. Kalimat Pasif
Kalimat
pasif adalah kalimat yang subjeknya dikenai pekerjaan/tindakan. Kalimat ini
biasanya memiliki predikat berupa kata kerja berawalan di- dan ter- dan diikuti
oleh kata depan oleh.
Kalimat
pasif dapat dibedakan menjadi 2 jenis, yaitu:
2.1
Kalimat Pasif Biasa
Kalimat
pasif ini biasanya diperoleh dari kalimat aktif transitif. Predikat pada
kalimat ini berawalan di-,ter-,ke-an.
Contoh:
- Piring dicuci Eni.
.
S P O2
2.2 Kalimat Pasif Zero
Kalimat
pasif zero adalah kalimat yang objek pelakunya(O2) melekat berdekatan dengan O2
tanpa disisipi dengan kata lain. Predikat pada kalimat ini berakhiran -kan dan
akan terjadi penghilangan awalan di-. Predikatnya juga dapat berupa kata dasar
berkelas kerja kecuali kata kerja aus. Kalimat pasif zero ini berhubungan dengan
kalimat baku.
Contoh:
- Ku pukul adik.
O2
P S
- Akan saya sampaikan pesanmu.
.
O2
P
S
Cara
mengubah kalimat aktif menjadi kalimat pasif :
1.
Subjek pada kalimat aktif dijadikan objek pada kalimat pasif.
2.
Awalan me- diganti dengan di-.
3.
Tambahkan kata oleh di belakang predikat.
Contoh :
·
Bapak memancing ikan. (aktif)
·
Ikan dipancing oleh bapak. (pasif)
4.
Jika subjek kalimat akrif berupa kata ganti maka awalan me- pada predikat
dihapus, kemudian subjek dan predikat dirapatkan.
Contoh :
·
Aku harus memngerjakan PR. (aktif)
·
PR harus kukerjakan. (pasif)
Kata Penghubung
1.
Pengertian
Kata yang menghubungkan dua kata atau
kalimat (klausa).
2.
Jenis-jenis
a.
Kata hubung
Koordinatif
Menghubungkan 2 unsur atau lebih yang sifat/kedudukannya
sama (setara).
- Menggabungkan : dan, serta, lagi, pula, juga.
- Pertentangan : tetapi, namun, sedangkan.
- Memilih/pilihan : atau.
- Menguatkan : bahkan, malahan.
- Mengurutkan : lalu, kemudian.
b.
Kata hubung
Subordinatif.
Menghubungkan 2 unsur atau lebih yang tidak sama
kedudukannya.
- Hubungan. Syarat : jika, kalau, bila.
- Hubungan waktu : saat, sebelum, selama.
- Hubungan tujuan : untuk, demi, bagi, agar.
- Hubungan perbandingan : daripada, seperti, umpama.
- Hubungan sebab : karena, sebab, oleh sebab.
- Hubungan akibat : sehingga, maka.
- Hubungan menjelaskan : bahwa, yaitu, ialah.
- Hubungan pengandaian : seandainya, sekiranya.
- Hubungan pengecualian : kecuali, selain.
- Hubungan cara/alat : dengan.
- Hubungan kemiripan : seolah-olah.
c.
Kata hubung
Korelatif (berpasangan).
Menghubungkan 2 kata, frase atau klausa yang mengandung
kedudukan yang sama dan memiliki 2 bagian yang dipisahkan oleh salah satu kata,
frase, atau klausa.
- Baik......maupun......
- Sedemikian rupa.......sehingga........
- Tidak hanya........., tetapi juga......
- Apakah........ataukah........
- Bukan hanya.......melainkan juga.......
- Entah.........entah........
- Jangankan.........pun.......
d.
Kata hubung Intra
Kalimat.
Kata penghubung yang ada di dalam kalimat.
e.
Kata hubung Antar
Kalimat.
Kata penghubung yang digunakan untuk menggabungkan 2
kalimat (atau lebih).
Contoh : siapa menyakiti
dan menyiksanya akan berdosa besar. Sebaliknya, siapa
menolongnya mendapat pahala besar dari Tuhan.
f.
Kata hubung Antar
Paragraf.
Menghubungkan paragraf sebelumnya dengan paragraf
selanjutnya.
Sumber :
Sumber :
- http://id.wikipedia.org/wiki/Kalimat
- http://jurnal-sastra.blogspot.com/2009/02/penelitian-variasi-pola-kalimat-bahasa.html
- http://kumpulanmakalahmatakuliahakpercianjur.blogspot.com/p/pola-dasar-kalimat-bahasa-indonesia.html
- http://freezcha.wordpress.com/2010/05/08/jenis-jenis-kalimat/
- http://justknowledges.blogspot.com/2012/06/kata-penghubung.html