Selasa, 28 Oktober 2014 | By: Unknown

KALIMAT DASAR

PENGERTIAN KALIAMAT
Kalimat adalah satuan bahasa berupa kata atau rangkaian kata yang dapat berdiri sendiri dan menyatakan makna yang lengkap. Kalimat adalah satuan bahasa terkecil yang mengungkapkan pikiran yang utuh, baik dengan cara lisan maupun tulisan. Dalam wujud lisan, kalimat diucapkan dengan suara naik turun, dan keras lembut, disela jeda, dan diakhiri dengan intonasi akhir. Sedangkan dalam wujud tulisan berhuruf latin, kalimat dimulai dengan huruf kapital dan diakhiri dengan tanda titik (.) untuk menyatakan kalimat berita atau yang bersifat informatif, tanda tanya (?) untuk menyatakan pertanyaan dan tanda seru (!) untuk menyatakan kalimat perintah. Sekurang-kurangnya kalimat dalam ragam resmi, baik lisan maupun tertulis, harus memiliki sebuah subjek (S) dan sebuah predikat (P). Kalau tidak memiliki kedua unsur tersebut, pernyataan itu bukanlah kalimat melainkan hanya sebuah frasa. Itulah yang membedakan frasa dengan kalimat.
Berikut ini adalah penjelasannya :
1.    Unsur-unsur kalimat
1.1  Subjek
Kata atau beberapa kata dapat berfungsi sebagai subjek apabila kata atau beberapa kata tersebut menandai pertanyaan: apa yang dikatakan oleh pembicara (penulis atau pembicara). Subjek memiliki beberapa ciri:

  1.  Dalam kalimat runtut (bukan inversi), subjek berada sebelum (di sebelah kiri) predikat.
  2. Unsur pengisi fungsi subjek pada umumnya berkategori nomina, frasa nominal, atau klausa, namun pada beberapa kalimat lain, ada pula subjek yang berkategori lain. 
Perhatikan contoh berikut!

1.      Hasan mahasiswa pandai.
2.      Anak itu belum makan.
3.      Yang tidak ikut upacara akan ditindak.
4.      Berjalan kaki menyehatkan badan.

Kata atau beberapa kata yang dicetak miring pada kalimat di atas adalah subjek. Subjek pada kalimat (1) adalah nomina, pada kalimat (2) berbentuk frasa nominal, pada kalimat (3) klausa, dan pada kalimat (4) berkategori verba.
Jika unsur subjek lebih panjang dari unsur predikatnya, subjek sering juga diletakkan di akhir kalimat, seperti pada contoh berikut ini.
5.      Manusia yang mampu tinggal dalam kesendirian tidak banyak.
6.      Tidak banyak manusia yang mampu tinggal dalam kesendirian.
Subjek yang berupa orang kedua atau orang pertama jamak pada kalimat imperatif (perintah) sering dihilangkan seperti pada kalimat berikut:
7.      Tolong (kamu) bersihkan papan tulis ini.
8.      Mari (kita) makan.
Subjek pada kalimat aktif transitif akan menjadi pelengkap bila kalimat itu dipasifkan seperti tampak pada contoh berikut:
9.      Anak itu menghabiskan kue saya. (subjek)
10.  Kue saya dihabiskan (oleh) anak itu. (Pel.)

1.2  Objek
Objek yaitu keterangan predikat yang memiliki hubungan erat dengan predikat. Unsur kalimat ini bersifat wajib dalam susunan kalimat aktif transitif yaitu kalimat yang sedikitnya mempunyai tiga unsur utama, subjek, predikat, dan objek. Predikat yang berupa verba intransitif (kebanyakan berawalan ber-atau ter-) tidak memerlukan objek, sedangkan verba transitif yang memerlukan objek kebanyakan berawalan me-.
Ciri-ciri objek sebagai berikut.
·         Langsung di Belakang Predikat Objek hanya memiliki tempat di belakang predikat, tidak pernah mendahului predikat.
Contoh : Sinta memberikan Jojo komputer baru.
·         Dapat Menjadi Subjek Kalimat Pasif
Objek yang hanya terdapat dalam kalimat aktif dapat menjadi subjek dalam kalimat pasif. Perubahan dari aktif ke pasif ditandai dengan perubahan unsur objek dalam kalimat aktif menjadi subjek dalam kalimat pasif yang disertai dengan perubahan bentuk verba predikatnya.
     Contoh : Keju itu dimakan tikus.
·      Tidak Didahului Preposisi
Objek yang selalu menempati posisi di belakang predikat tidak didahului preposisi. Dengan kata lain, di antara predikat dan objek tidak dapat disisipkan preposisi.
Contoh : Dia mengirimi saya bunga mawar.
·      Didahului Kata Bahwa
Anak kalimat pengganti nomina ditandai oleh kata bahwa dan anak kalimat ini dapat menjadi unsur objek dalam kalimat transitif.

1.3  Pelengkap
Pelengkap merupakan unsur kalimat yang dapat bersifat wajib ada karena melengkapi makna verba predikat kalimat.
Pelengkap dan objek memiliki kesamaan. Kesamaan itu ialah kedua unsur kalimat ini :
Ø  Bersifat wajib ada karena melengkapi makna verba predikat kalimat.
Ø  Menempati posisi di belakang predikat.
Ø  Tidak didahului preposisi.
Perbedaannya terletak pada kalimat pasif. Pelengkap tidak menjadi subjek dalam kalimat pasif. Jika terdapat objek dan pelengkap dalam kalimat aktif, objeklah yang menjadi subjek kalimat pasif, bukan pelengkap.
Berikut ciri-ciri pelengkap.
·         Di Belakang Predikat
Ciri ini sama dengan objek. Perbedaannya, objek langsung di belakang predikat, sedangkan pelengkap masih dapat disisipi unsur lain, yaitu objek
Contohnya terdapat pada kalimat berikut.
ü  Diah mengirimi saya buku baru.
ü  Mereka membelikan ayahnya sepeda baru.
Unsur kalimat buku baru, sepeda baru di atas berfungsi sebagai pelengkap dan  tidak mendahului predikat.
·         Tidak Didahului Preposisi.
Seperti objek, pelengkap tidak didahului preposisi.
Contoh : Sherina bermain piano.

1.4  Keterangan
Unsur kalimat yang didahului preposisi disebut keterangan. Keterangan merupakan unsur kalimat yang memberikan informasi lebih lanjut tentang suatu yang dinyatakan dalam kalimat; misalnya, memberi informasi tentang tempat, waktu, cara, sebab, dan tujuan. Keterangan ini dapat berupa kata, frasa, atau anak kalimat. Keterangan yang berupa frasa ditandai oleh preposisi, seperti di, ke, dari, dalam, pada, kepada, terhadap, tentang, oleh, dan untuk. Keterangan yang berupa anak kalimat ditandai dengan kata penghubung, seperti ketika,  karenameskipun,  supaya,  jika, dan sehingga
Berikut ini beberapa ciri unsur keterangan.
·         Bukan Unsur Utama.
Berbeda dari subjek, predikat, objek, dan pelengkap, keterangan merupakan unsur tambahan yang kehadirannya dalam struktur dasar kebanyakan tidak bersifat wajib.
·         Tidak Terikat Posisi.
Di dalam kalimat, keterangan merupakan unsur kalimat yang memiliki kebebasan tempat. Keterangan dapat menempati posisi di awal atau akhir kalimat, atau di antara subjek dan predikat.
Contoh :
a.       Malam ini, Suju akan kembali ke Korea.
b.      Mereka memperhatikan materi dengan seksama.
·         Terdapat Beberapa Jenis Keterangan.
Keterangan dibedakan berdasarkan perannya di dalam kalimat.
ü  Keterangan Waktu
Keterangan waktu dapat berupa kata, frasa, atau anak kalimat. Keterangan yang berupa kata adalah kata-kata yang menyatakan waktu, seperti kemarin, besok, sekarang, kini, lusa, siang, dan malam. Keterangan waktu yang berupa frasa merupakan untaian kata yang menyatakan waktu, seperti kemarin pagihari Senin7 Mei, dan minggu depan. Keterangan waktu yang berupa anak kalimat ditandai oleh konjungtor yang menyatakan waktu, sepertisetelah, sesudah, sebelum, saat, sesaat, sewaktu, dan ketika.
ü Keterangan Tempat.
Keterangan tempat berupa frasa yang menyatakan tempat yang ditandai oleh preposisi, seperti di, pada, dan dalam.
ü Keterangan Cara.
Keterangan cara dapat berupa frasa, atau anak kalimat yang menyatakan cara. Keterangan cara yang berupa frasa ditandai oleh kata dengan atau secara yang diikuti verba (kata kerja). Terakhir,  keterangan cara yang berupa anak kalimat ditandai oleh kata dengan dan dalam.
ü  Keterangan Alat.
Keterangan cara berupa frasa yang menyatakan cara ditandai oleh kata dengan yang diikuti nomina (kata benda).
ü Keterangan Sebab.
Keterangan sebab berupa frasa atau anak kalimat. Keterangan sebab yang berupa frasa ditandai oleh kata karena atau sebab yang diikuti oleh nomina atau frasa nomina. Keterangan sebab yang berupa anak kalimat ditandai oleh konjungtor karena atau lantaran.
ü Keterangan Tujuan.
Keterangan ini berupa frasa atau anak kalimat. Keterangan tujuan yang berupa frasa ditandai oleh kata untuk atau demi, sedangkan keterangan tujuan yang berupa anak kalimat ditandai oleh konjungtor supaya, agar, atau untuk.
ü Keterangan Aposisi.
Keterangan aposisi memberi penjelasan nomina, misalnya, subjek atau objek. Jika ditulis, keterangan ini diapit tanda koma, tanda pisah (--), atau tanda kurang.
Contoh : Dosen saya, Bu Erwin, terpilih sebagai dosen teladan.
ü Keterangan Tambahan.
Keterangan tambahan memberi penjelasan nomina (subjek ataupun objek), tetapi berbeda dari keterangan aposisi. Keterangan aposisi dapat menggantikan unsur yang diterangkan, sedangkan keterangan tambahan tidak dapat menggantikan unsur yang diterangkan.
Contoh : Marshanda, mahasiswa tingkat lima, mendapat beasiswa.
Keterangan tambahan (tercetak tebal) itu tidak dapat menggantikan unsur yang diterangkan yaitu kata Marshanda.
ü Keterangan Pewatas.
Keterangan pewatas memberikan pembatas nomina, misalnya, subjek, predikat, objek, keterangan, atau pelengkap. Jika keterangan tambahan dapat ditiadakan, keterangan pewatas tidak dapat ditiadakan.
Contoh: Mahasiswa yang mempunyai IP tiga lebih mendapat beasiswa.
Contoh diatas menjelaskan bahwa bukan semua mahasiswa yang mendapat beasiswa, melainkan hanya mahasiswa yang mempunyai IP  tiga lebih.



2.    Pola Kalimat
Sekalipun tata bahasa yang dipilih seorang pengajar bisa saja berbeda dengan tata bahasa yang dipilih pengajar lain, tata bahasa yang diajarkannya harus memenuhi kriteria ilmiah yaitu empiris. Empiris itu berarti tata bahasa harus bisa dibuktikan secara ilmiah, oleh setiap oraang, di setiap tempat dan pada setiap waktu.
Pengajaran fungsi kalimat merupakan pengetahuan standar yang diajarkan dalam kelas-kelas bahasa bahkan mulai di sekolah dasar, sekolah menengah, sampai perguruan tinggi. Berdasarkan pola dasarnya, Badudu (1990: 32) mengungkapkan pola (1) S-P, (2) S-P-O, (3) S-P-Pel, (4) S-P-K, (5) S-P-O-Pel, (6) S-P-O-Pel-K, (7) S-P-O-K, dan (8) S-P-Pel-K. Kedelapan pola dasar itu, dapat diturunkan menjadi varian yang tak terbatas sebagaimana dari 26 huruf latin diturunkan menjadi kata tertulis bahasa Indonesia yang tak terbatas.
Kalimat yang kita gunakan sesungguhnya dapat dikembalikan ke dalam sejumlah kalimat dasar yang sangat terbatas. Dengan perkataan lain, semua kalimat yang kita gunakan berasal dari beberapa pola kalimat dasar saja. Sesuai dengan kebutuhan kita masing-masing, kalimat dasar tersebut kita kembangkan, yang pengembangannya itu tentu saja harus didasarkan pada kaidah yang berlaku.
Berdasarkan pola dasarnya, Badudu (1990:32) mengungkapkan pola:
a)      S-P
Contoh : Aris tidur.
b)      S-P-O
Contoh : Alya makan nasi.
c)      S-P-Pel
Contoh : Cincinnya bertahtakan berlian.
d)     S-P-K
Contoh : Karis pergi ke Taman Safari.
e)      S-P-O-Pel
Contoh : Ihsan menamai kucingnya Ligo.
f)       K-S-P-O-Pel
Contoh : Setiap pagi Bu Diah membuatkan anak-anaknya roti panggang.
g)      S-P-O-K
Contoh : Erisa minum susu putih setiap pagi.
h)      S-P-O-Pel-K
Contoh : Semua anggota keluarga sedih ketika kakek meninggal.


1.      JENIS-JENIS KALIMAT

A.  Berdasarkan Pengucapan
Kalimat dapat dibedakan menjadi 2 jenis, yaitu:
1. Kalimat Langsung
Kalimat langsung adalah kalimat yang secara cermat menirukan ucapan orang. Kalimat langsung juga dapat diartikan kaliamt yang memberitakan bagaimana ucapan dari orang lain (orang ketiga). Kalimat ini biasanya ditandai dengan tanda petik dua (“….”) dan dapat berupa kalimat tanya atau kalimat perintah.
Contoh:
·         Ibu berkata: “Rohan, jangan meletakkan sepatu di sembarang tempat!”
·         “Saya gembira sekali”,kata ayah,”karena kamu lulus ujian”.
2. Kalimat Tak Langsung
Kalimat tak langsung adalah kalimat yang menceritakan kembali ucapan atau perkataan  orang lain. Kalimat tak langsung tidak ditandai lagi dengan tanda petik dua dan sudah dirubah menjadi kalimat berita.
Contoh:
·         Ibu berkata bahwa dia senang sekali karena aku lulus ujian.
·         Kakak berkata bahwa buku itu harus segera dikembalikan.
B.  Berdasarkan Jumlah Frasa (Struktur Gramatikal)
Kalimat dapat dibedakan menjadi 2 jenis, yaitu:
1.  Kalimat Tunggal
Kallimat tunggal adalah kalimat yang memiliki satu pola (klausa) yang terdiri dari satu subjek dan satu predikat. Kalimat tunggal merupakan kalimat dasar sederhana. Kalimat-kalimat yang panjang dapat dikembalikan ke dalam kalimat-kalimat dasar yang sederhana dan dapat juga ditelusuri p0la-pola pembentukannya. Pola-pola kalimat dasar yang dimaksud adalah:
*  KB + KK (Kata Benda + Kata Kerja)
Contoh:   Victoria bernyanyi
.                   S          P
* KB + KS (Kata Benda + Kata Sifat)
Contoh:   Ika sangat rajin
.               S          P
* KB + KBil (Kata Benda + Kata Bilangan)
Contoh:  Masalahnya seribu satu.
.                    S             P
Kalimat tunggal  dapat dibedakan menjadi 2 jenis, yaitu:
1.  Kalimat nominal adalah kalimat yang predikatnya berupa kata benda.
Contoh :  Saya siswa kelas VI.
2.  Kalimat verbal adalah kalimat yang predikatnya berupa kata kerja.
Contoh :  Adik bernyanyi.
Setiap kalimat tunggal di atas dapat diperluas dengan menambahkan kata-kata pada unsur-unsurnya. Dengan penambahan unsur-unsur itu, unsur utama dari kalimat masih dapat dikenali. Suatu kalimat tunggal dapat diperluas menjadi dua puluh atau lebih.  Perluasan kalimat tesebut terdiri atas:

  • Keterangan tempat, seperti di sini, dalam ruangan tertutup, lewat Bali, sekeliling kota.
  • Keterangan waktu, seperti: setiap hari, pada pukul 21.00, tahun depan, kemarin sore, minggu kedua bulan ini.
  • Keterangan alat (dengan + kata benda), seperti: dengan linggis, dengan undang-undang itu, dengan sendok, dengan wesel pos, dengan cek.
  • Keterangan modalitas, seperti: harus, barangkali, seyogyanya. sesungguhnya, sepatutnya.
  • Keternagan cara (dengan + kata sifat/kata kerja), seperti: dengan hati-hati, seenaknya saja, selekas mungkin.
  • Keterangan aspek, seperti akan, sedang, sudah, dan telah.
  • Keterangan tujuan, seperti: agar bahagia, untuk anaknya, supaya aman, bagi mereka.
  • Keterangan sebab, seperti: karena rajin, sebab berkuasa, lantaran panik.
  • Keterangan aposisi adalah keterangan yang sifatnya menggantikan, seperti: penerima Sepatu Emas, David Beckham.
  • Frasa yang, seperti: mahasiswa yang IP-nya 3 ke atas, pemimpin yang memperhatikan rakyat.
Contoh perluasan kalimat tunggal adalah:
1)      Victoria akan bernyanyi di Las Vegas.
2)      Masalahnya seribu satu yang belum terpecahkan.
3)      Ika sangat rajin menyelesaikan tugas-tugas yang diberikan kepadanya.
2.  Kalimat Majemuk
Kalimat majemuk terdiri atas dua atau lebih kalimat tunggal yang saling berhubungan baik kordinasi maupun subordinasi. Kalimat majemuk dapat dibedakan atas  3 jenis, yaitu:
2.1.  Kalimat Majemuk Setara (KMS)
Kalimat ini terbentuk dari 2 atau lebih kalimat tunggal dan kedudukan tiap kalimat sederajat. Kalimat majemuk setara dapat dikelompokkan ke dalam beberapa bagian, yaitu:
* KMS Penggabungan. Dua atau lebih kalimat tunggal yang dihubungkan oleh kata dan atau serta.
Contoh:

  • Kami mencari bahan dan mereka meramunya.
  • Ratih dan Ratna bermain bulu tangkis di halaman rumah.
* KMS Pertentangan. Dua kalimat tunggal yang dihubungkan oleh kata tetapi,sedangkan, namun, melainkan. Kedua kalimat tersebut menunjukkan hubungan pertentangan.
Contoh:

  • Indonesia adalah negara berkembang, sedangkan jepang termasuk negara yang sudah maju.
  • Bukan saya memecahkan gelas itu, melainkan kakak.
* KMS Pemilihan. Dua atau lebih kalimat tunggal yang dihubungkan oleh kata atau.
Contoh:

  • Makalah ini harus dikumpukan besok atau minggu depan.
  • Aku atau dia yang akan kamu pilih.
* KMS Penguatan. Dua atau lebih kalimat tunggal dihubungkan dengan katabahkan.
Contoh:

  • Dia tidak hanya cantik, bahkan dia juga sangat baik hati.
  • Pencuri itu tidak hanya dipukuli oleh masa, bahkan dia disiksa dengan sadis.
* KMS yang dibentuk dari dua atau lebih kalimat tunggal yang dihubungkan oleh kata lalu dan kemudian, untuk menandakan suatu kejadian yang berurutan.
Contoh:

  • Mula-mula disebutkan nama-nama juara melukis tingkat SD, kemudian disebutkan nama-nama juara melukis tingkat SMP.
2.2  Kalimat Majemuk Bertingkat (KMB)
Kalimat majemuk setara terdiri atas satu suku kaliamat bebas dan satu suku kalimat yang tidak bebas. Kedua kalimat tersebut memiliki pola hubungan yang tidak sederajat. Bagian yang memiliki kedudukan lebih penting (inti gagasan) disebut sebagai klausa utama (induk kalimat). Bagian yang lebih rendah kedudukakannya disebut dengan klausa sematan (anak kalimat).
Ada beberapa penanda hubungan / konjungsi yang dipergunakan oleh kalimat majemuk bertingkat, yaitu:
1)      Waktu : ketika, sejak
2)      Sebab: karena, Olehkarenaitu, sebab, oleh sebab itu
3)      Akibat: hingga, sehingga, maka
4)      Syarat: jika, asalkan, apabila
5)      Perlawanan: meskipun, walaupun
6)      Pengandaian: andaikata, seandainya
7)      Tujuan: agar, supaya, untukbiar
8)      Perbandingan: seperti, laksana, ibarat, seolaholah
9)      Pembatasan: kecuali, selain
10)  Alat: dengan+ katabenda:  dengan tongkat
11)  Kesertaan: dengan+ orang
Contoh:

  •  Walaupun komputer itu dilengkapi dengan alat-alat modern, para hacker masih dapat mengacaukan data-data komputer itu.
Induk kalimat: Para hacker masih dapat mengacaukan data-data komputer itu.
Anak kalimat:  Walaupun komputer itu dilengkapi dengan alat-alat modern.
2.3  Kalimat Majemuk Campuran
Kalimat majemuk campuran terdiri atas kalimat majemuk setara dan kalimat majemuk bertingkat atau kebalikannya.
Contoh:

  • Karena hari sudah malam, kami berhenti dan langsung pulang.
KMS:  Kami berhenti dan langsung pulang.
KMC: 

  • Kami berhenti karena hari sudah malam.
  • Kami langsung pulang karena hari sudah malam.
  • Kami pulang, tetapi mereka masih bekerja karena tugasnya belum selesai.
KMS:  Kami pulang, tetapi mereka masih bekerja.
KMB: Mereka masih bekerja karena tugasnya belum selesai.
C.  Berdasarkan Isi atau Fungsinya
Kalimat dapat dibedakan menjadi 4 jenis, yaitu:
1. Kalimat Perintah
Kalimat perintah adalah kalimat yang bertujuan memberikan perintah kepada orang lain untuk melakukan sesuatu. Kalimat perintah biasanya diakhiri dengan tanda seru (!) dalam penulisannya. Sedangkan dalam bentuk lisan, kalimat perintah ditandai dengan intonasi tinggi.
Macam-macam kalimat perintah :

  • Kalimat perintah biasa, ditandai dengan partikel lah.
    Contoh : Gantilah bajumu !
  • Kalimat larangan, ditandai dengan penggunaan kata jangan.
    Contoh Jangan membuang sampah sembarangan !
  • Kalimat ajakan, ditandai dengan kata mohon, tolong, silahkan.
    Contoh : Tolong temani nenekmu di rumah !
2.  Kalimat Berita
Kalimat berita adalah kalimat yang isinya memberitahukan sesuatu. Dalam penulisannya, biasanya diakhiri dengan tanda titik (.) dan dalam pelafalannya dilakukan dengan intonasi menurun. Kalimat ini mendorong orang untuk memberikan tanggapan.
Macam-macam kalimat berita :
·         Kalimat berita kepastian
Contoh : Nenek akan datang dari Bandung besok pagi.
·         Kalimat berita pengingkaran
Contoh : Saya tidak akan datang pada acara ulang tahunmu.
·         Kalimat berita kesangsian
Contoh : Bapak mungkin akan tiba besok pagi.
·         Kalmat berita bentuk lainnya
Contoh : Kami tidak taahu mengapa dia datang terlambat.
3.  Kalimat Tanya
Kalimat tanya adalah kalimat yang bertujuan untuk memperoleh suatu informasi atau reaksi (jawaban) yang diharapkan. Kalimat ini diakhiri dengan tanda tanya(?) dalam penulisannya dan dalam pelafalannya menggunakan intonasi menurun. Kata tanya yang dipergunakan adalah bagaimana, dimana, berapa, kapan.
Contoh:
·         Mengapa gedung ini dibangun tidak sesuai dengan disainnya?
·         Kapan Becks kembali ke Inggris?
4.  Kalimat Seruan
Kalimat seruan adalah kalimat yang digunakan untuk mengungkapakan perasaa ‘yang kuat’ atau yang mendadak. Kalimat seruan biasanya ditandai dengan intonsi yang tinggi dalam pelafalannya dan menggunakan tanda seru (!) atau tanda titik (.) dalam penulisannya.
Contoh:
·         Aduh, pekerjaan rumah saya tidak terbawa.
·         Bukan main, eloknya.

D. Berdasarkan Unsur Kalimat
Kalimat dapat dibedakan ke dalam 2 jenis, yaitu:
1. Kalimat Lengkap
Kalimat lengkap adalah kalimat yang sekurang-kurangnya terdiri dari  satu buah subyek dan satu buah predikat. Kalimat Majas termasuk ke dalam kalimat lengkap.
Contoh :
-   Mahasiswa berdiskusi di dalam kelas.
           S               P                  K
-   Ibu mengenakan kaos hijau dan celana hitam.
      S            P                              O
2. Kalimat Tidak Lengkap
Kalimat tidak lengkap adalah kalimat yang tidak sempurna karena hanya memiliki subyek saja, atau predikat saja, atau objek saja atau keterangan saja. Kalimat tidak lengkap biasanya berupa semboyan, salam, perintah, pertanyaan, ajakan, jawaban, seruan, larangan, sapaan dan kekaguman.
Contoh:
·         Selamat sore
·         Silakan Masuk!
·         Kapan menikah?
·         Hei, Kawan…

E.  Berdasarkan Susunan  S-P
Kalimat dapat dibedakan menjadi 2 jenis, yaitu:
1.  Kalimat Inversi
Kalimat versi adalah kalimat yang predikatnya mendahului subjeknya. Kata atau frasa tertentu yang pertama muncul akan menjadi kunci yang akan mempengaruhi makna untuk menimbulkankesan tertentu, dibandingkan jika kata atau frasa ditempatkan pada urutan kedua. Kalimat ini biasanya dipakau untuk penekanan atau ketegasan makna.
Contoh:
 Ambilkan koran di atas kursi itu!
.          P                       S
 Sepakat kami untuk berkumpul di taman kota.
       S           P                          K
2.  Kalimat Versi
Kalimat inversi adalah kalimat yang susunan dari unsur-unsur kalimatnya sesuai dengan pola kalimat dasar bahasa Indonesia (S-P-O-K).
Contoh:
 Penelitian ini dilakukan mereka sejak 2 bulan yang lalu.
.            S                 P            O                     K
 Aku dan dia bertemu di cafe ini.
.             S             P             K

F.  Berdasarkan Bentuk Gaya Penyajiannya (Retorikanya)
Kalimat dapat dibedakan menjadi 3 jenis yaitu:
1.  Kalimat Yang Melepas
Kalimat yang melepas terbentuk jika kalimat tersebut disusun dengan diawali oleh unsur utama (induk kalimat) dan diikuti oleh unsur tambahan (anak kalimat). Unsur anak kalimat ini seakan-akan dilepaskan saja oleh penulisnya. Jika unsur anak kalimat tidak diucapkan, kalimat itu sudah bermakna lengkap.
Contoh;
·         Saya akan dibelikan vespa oleh Ayah jika saya lulus ujian sarjana.
·         Semua warga negara harus menaati segala perundang-undangan yang berlaku agar kehidupan di negeri ini berjalan dengan tertib dan aman.
2. Kalimat yang Klimaks
Kalimat klimaks terbentuk jika kalimat tersebut disusun dengan diawali oleh anak kalimat dan diikuti oleh induk kalimat. Kalimat belum dapat dipahami jika hanya membaca anak kalimatnya. Sebelum kalimat itu selesai, terasa masih ada sesuatu yang ditunggu, yaitu induk kalimat. Oleh karen itu, penyajian kalimat ini terasa berklimaks dan terasa membentuk ketegangan.
Contoh:
·         Karena sulit kendaraan, ia datang terlambat ke kantornya.
·         Setelah 1.138 hari disekap dalam sebuah ruangan akhirnya tiga sandera warga negara Prancis itu dibebaskan juga.3.
3. Kalimat Yang  Berimbang
Kalimat yang berimbang disusun dalam bentuk kalimat majemuk setara dan kalimat majemuk campuran, Struktur kalimat ini memperlihatkan kesejajaran yang sejalan dan dituangkan ke dalam bangun kalimat yang simetri.
Contoh:

  • Bursa saham tampaknya semakin bergairah, investor asing dan domestik berlomba melakukan transaksi, dan IHSG naik tajam.
  • Jika stabilitas nasional mantap, masyarakat dapat bekerja dengan tenang dan dapat beribadat dengan leluasa.
G. Berdasarkan Subjeknya
Kalimat dapat dibedakan menjadi 2 jenis, yaitu:
1.  Kaliamat Aktif
Kalimat aktif  adalah kalimat yang subjeknya melakukan suatu pekerjaan/tindakan. Kalimat ini biasanya memiliki predikat berupa kata kerja yang berawalan me- dan ber-. Predikat juga dapat berupa kata kerja aus (kata kerja yang  tidak dapat dilekati oleh awalan me–saja), misalnya  pergi, tidur, mandi, dll  (kecuali makan dan minum).
Contoh:
·         Mereka akan berangkat besok pagi.
·         Kakak membantu ibu di dapur.
Kalimat aktif  dibedakan menjadi 2, yaitu:
1.1  Kalimat Aktif  Transitif
Kalimat aktif transitif adalah kalimat yang dapat diikuti oleh objek penderita (O1). Predikat pada kalimat ini biasanya berawalam me- dan selalu dapatt dirubah menjadi kalimat pasif.
Contoh:    Eni mencuci piring.
                  S        P         O1
1.2  Kalimat Aktif Intransitif
Kalimat aktif intransitif adalah kalimat yang tidak  dapat diikuti oleh objek penderita (O1). Predikat pada kalimat ini biasanya berawaln ber-. Kalimat yang berawalan me- tidak diikuti dengan O1. Kalimat ini tidak dapat dirubah menjadi kalimat pasif.
Contoh:
 Mereka berangkat minggu depan.
         S              P                   K
 Amel menangis  tersedu-sedu di kamar.
      S                          P                          K
1.3  Kalimat Semi Transitif
Kalimat ini tidak dapat dirubah menjadi kal pasif karena disertai oleh pelengkap bukan objek.
Contoh:
 Dian kehilangan pensil.
.      S          P            Pel.
 Soni selalu  mengenderai sepeda  motor ke kampus.
.     S                     P                      Pel                   K
2.  Kalimat Pasif
Kalimat pasif adalah kalimat yang subjeknya dikenai pekerjaan/tindakan. Kalimat ini biasanya memiliki predikat berupa kata kerja berawalan di- dan ter- dan diikuti oleh kata depan oleh.
Kalimat pasif dapat dibedakan menjadi 2 jenis, yaitu:
2.1  Kalimat Pasif  Biasa
Kalimat pasif ini biasanya diperoleh dari kalimat aktif transitif. Predikat pada kalimat ini berawalan di-,ter-,ke-an.
Contoh:
 Piring dicuci Eni.
.       S        P      O2
2.2  Kalimat Pasif Zero
Kalimat pasif zero adalah kalimat yang objek pelakunya(O2) melekat berdekatan dengan O2 tanpa disisipi dengan kata lain. Predikat pada kalimat ini berakhiran -kan dan akan terjadi penghilangan awalan di-. Predikatnya juga dapat berupa kata dasar berkelas kerja kecuali kata kerja aus. Kalimat pasif zero ini berhubungan dengan kalimat baku.
Contoh:
 Ku pukul adik.
 O2     P          S

-  Akan  saya sampaikan pesanmu.
.               O2        P               S
Cara mengubah kalimat aktif menjadi kalimat pasif :
1.  Subjek pada kalimat aktif dijadikan objek pada kalimat pasif.
2.  Awalan me- diganti dengan di-.
3.  Tambahkan kata oleh di belakang predikat.
Contoh :  
·         Bapak  memancing ikan. (aktif)
·         Ikan  dipancing oleh bapak. (pasif)
4.  Jika subjek kalimat akrif berupa kata ganti maka awalan me- pada predikat dihapus, kemudian subjek dan predikat dirapatkan.
Contoh :  
·         Aku harus memngerjakan PR. (aktif)

·         PR harus kukerjakan. (pasif)

Kata Penghubung
1.         Pengertian
Kata yang menghubungkan dua kata atau kalimat (klausa).
2.         Jenis-jenis
a.       Kata hubung Koordinatif
Menghubungkan 2 unsur atau lebih yang sifat/kedudukannya sama (setara).

  • Menggabungkan         : dan, serta, lagi, pula, juga.
  • Pertentangan               : tetapi, namun, sedangkan.
  • Memilih/pilihan          : atau.
  • Menguatkan                : bahkan, malahan.
  • Mengurutkan               : lalu, kemudian.

b.      Kata hubung Subordinatif.
Menghubungkan 2 unsur atau lebih yang tidak sama kedudukannya.

  • Hubungan. Syarat                   : jika, kalau, bila.
  • Hubungan waktu                    : saat, sebelum, selama.
  • Hubungan tujuan                    : untuk, demi, bagi, agar.
  • Hubungan perbandingan         : daripada, seperti, umpama.
  • Hubungan sebab                     : karena, sebab, oleh sebab.
  • Hubungan akibat                     : sehingga, maka.
  • Hubungan menjelaskan           : bahwa, yaitu, ialah.
  • Hubungan pengandaian          : seandainya, sekiranya.
  • Hubungan pengecualian          : kecuali, selain.
  • Hubungan cara/alat                 : dengan.
  • Hubungan kemiripan               : seolah-olah.

c.       Kata hubung Korelatif (berpasangan).
Menghubungkan 2 kata, frase atau klausa yang mengandung kedudukan yang sama dan memiliki 2 bagian yang dipisahkan oleh salah satu kata, frase, atau klausa.

  • Baik......maupun......
  • Sedemikian rupa.......sehingga........
  • Tidak hanya........., tetapi juga......
  • Apakah........ataukah........
  • Bukan hanya.......melainkan juga.......
  • Entah.........entah........
  • Jangankan.........pun.......

d.      Kata hubung Intra Kalimat.
Kata penghubung yang ada di dalam kalimat.
e.       Kata hubung Antar Kalimat.
Kata penghubung yang digunakan untuk menggabungkan 2 kalimat (atau lebih).
Contoh :  siapa menyakiti dan menyiksanya akan berdosa besar. Sebaliknya, siapa menolongnya mendapat pahala besar dari Tuhan.
f.       Kata hubung Antar Paragraf.

Menghubungkan paragraf sebelumnya dengan paragraf selanjutnya.




Sumber :